kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Faktor eksternal dan fundamental menjadi penyebab anjloknya kurs rupiah


Jumat, 28 Februari 2020 / 19:16 WIB
Faktor eksternal dan fundamental menjadi penyebab anjloknya kurs rupiah
ILUSTRASI. Warga menukarkan mata uang dolar AS di sebuah gerai money changer, Jakarta.


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Efek virus corona alias Covid-19 benar-benar memukul kondisi pasar dalam negeri sepanjang pekan ini. Nilai tukar rupiah anjlok ke level Rp 14.318 per dolar AS di pasar spot dan indeks saham mengalami koreksi ke level Rp 5.420 akhir pekan ini, Jumat (28/2). 

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail Zaini memandang pelemahan rupiah disebabkan faktor sentimen dan fundamental sekaligus. 

Sentimen eksternal yang berasal dari kepanikan pelaku pasar terhadap Covid-19 mendorong modal asing keluar dari pasar keuangan Indonesia, terutama pasar obligasi.

Baca Juga: Tren pelemahan rupiah diperkirakan akan kembali berlanjut pada pekan depan

"Sebulan terakhir terjadi net sell asing sekitar US$ 800 juta di pasar obligasi sehingga akumulasi net buy hanya tinggal US$ 300 juta sepanjang tahun ini. Rupiah terhantam karena selama ini ditopang oleh inflow asing ke pasar obligasi," tutur Mikail kepada Kontan.co.id, Jumat (28/2).

Keluarnya dana asing juga merespon keputusan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan ke level 4,75% pekan lalu. Mikail menilai, langkah BI tersebut memang akan menekan rupiah namun di sisi lain dapat mendukung upaya mempertahankan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini.

Adapun faktor fundamental yang menyebabkan rupiah tertekan adalah prospek pelebaran defisit neraca perdagangan dan defisit neraca transaksi berjalan (CAD). Dengan semakin merebaknya virus Corona, Mikail memproyeksi defisit dagang Indonesia akan semakin tinggi yaitu berkisar US$ 1 miliar-US$ 1,5 miliar per bulan seperti pada 2018 lalu.

"Faktor utamanya adalah harga minyak yang saat ini juga jatuh ke bawah US$ 50 per barel sehingga ini akan menekan ekspor migas kita. Jatuhnya harga minyak juga akan diikuti oleh pelemahan harga komoditas lain seperti batubara dan CPO yang juga akan makin menekan ekspor," lanjut Mikail.

Mikail memprediksi, pelemahan rupiah masih akan terus berlanjut setidaknya hingga April mendatang. Proyeksinya, nilai tukar bisa bergerak hingga ke level Rp 14.700-Rp 14.800 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah babak belur di hadapan mata uang asing, ini kata analis

Namun, ada harapan nilai tukar bisa kembali menguat memasuki Mei jika bank sentral AS alias The Fed ternyata memutuskan memangkas suku bunga acuannya.

"Kalau data-data perekonomian AS menunjukkan pelemahan akibat Corona ini, ada kemungkinan The Fed mempercepat penurunan suku bunga ke April sehingga jika demikian arus modal bisa kembali ke pasar domestik kita," tandas Mikail.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×