kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Epidemiolog: Kemandirian alat PCR test di Indonesia hanya perlu kemauan


Senin, 25 Oktober 2021 / 21:16 WIB
Epidemiolog: Kemandirian alat PCR test di Indonesia hanya perlu kemauan
ILUSTRASI. Perawat melakukan tes PCR Covid19 di Jakarta.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo mengarahkan agar harga PCR Test dapat kembali ditekan hingga Rp 300.000. Persoalan harga PCR Test menjadi polemik di masyarakat terlebih usai diterapkan sebagai syarat wajib penumpang pesawat.

Ahli Kesehatan Lingkungan dan Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, Indonesia pada dasarnya mampu untuk mencapai kemandirian alat PCR Test maupun Test Antigen. Dimana harga mesin PCR menurut Dicky lebih murah ketimbang investasi riset untuk vaksin.

"Semua itu balik ke komitmen untuk mendorong kemandirian ini. Sekali lagi untuk mendorong kemandirian itu tinggal kemauan aja," ungkap Dicky kepada Kontan.co.id, Senin (25/10).

"Kita kemampuan itu ada tapi kalau kemauannya itu kurang, lebih senang impor karena kan impor itu lebih enak dari sisi profitnya pun lebih banyak pihak yang dapat. Itu yang menjebak dan merugikan dalam kemandirian," paparnya.

Baca Juga: ARSSI sebut harga PCR Rp 300.000 tak tutup harga bahan baku

Lebih lanjut, masih mahalnya harga PCR Test dikarenakan beberapa faktor. Diantaranya adanya ongkos jasa, investasi mesin, transportasi, pajak, serta reagen yang masih bergantung pada impor. Dari sisi kemampuan SDM juga mempengaruhi waktu hasil PCR Test beragam.

"Jangan dibayangkan ketika dicolok terus langsung masuk mesin, enggak seperti itu. Ada fase dimana memerlukan campur tangan manusia. Ketika makin banyak sampelnya pasti akan makin lama keluar hasilnya," paparnya.

Dua tahun pandemi berlangsung, Dicky menyebut seharusnya menjadi waktu yang cukup bagi Indonesia untuk mendorong kemandirian dibidang alat kesehatan terutama PCR Test dan Antigen. Lebih lanjut, Indonesia seharusnya dapat mencontoh kemandirian India di bidang alat skrining dan testing Covid-19.

"Kenapa India itu bisa murah karena semuanya produksi dalam negeri, jadi bisa sangat murah. Nah ini harusnya bisa didorong sama pemerintah jangan impor-impor nanti importir yang dapat untung. Kita harus dorong kemandirian," ujarnya.

Selanjutnya: Jokowi minta harga tes PCR diturunkan menjadi Rp 300.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×