Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - YOGJAKARTA. Kinerja ekspor di Indonesia sepertinya masih terancam se-gudang sentimen. Ekonom meramal sampai dengan akhir tahun kemungkinan ekspor bakal melorot.
Ekonom Bank UOB Enrico, Tanuwidjaja, menilai kinerja ekspor tahun ini bakal terbatas. Alasannya, demand pasar global masih terancam pelemahan ekonomi global karena perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Baca Juga: Meningkatnya pembangunan di paruh kedua 2019 berpotensi kerek impor
“Pertumbuhan ekonomi melemah global menghambat ekspor,” kata Enrico kepada Kontan.co.id, Senin (15/7).
Sinyal penurunan ekspor sudah terasa di paruh awal tahun ini. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan data ekspor mencapai US$ 74.214 juta. Sementara pada semester I 2018, ekspor sebesar US$ 79.409,4 juta. Artinya semester I tahun ini turun 6,54%.
Baca Juga: Industri kaca lembaran diproyeksikan tumbuh 5% hingga akhir tahun 2019
Dari sisi non-migas harga komoditas andalan Indonesia batubara dan crude palm oil (CPO) terpantau melemah. Sepanjang semester I harga minyak sawit dalam Malaysian Derivative Exchange terkoreksi 18,7%. Sementara harga batubara Ice New Castle anjlok 42,7%.
Baca Juga: Impor mengecil, Menko Darmin optimistis surplus neraca dagang akan berlanjut
Ekonom Maybank Luthfi Ridho, menilai, harga komoditas melemah yang di saat bersamaan pelemahan ekonomi global menggerus permintaan. Sehingga berpengaruh terhadap ekspor Indonesia yang merupakan mitra ekspor CPO dan batubara dengan negeri Paman Sam dan negeri Tirai Bambu.
Enrico menambahkan sampai dengan akhir tahun ini kemungkinan nilai tukar rupiah dalam tren menguat. Sehingga, ekspor khususnya non-migas masih punya stimulus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News