Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi negara-negara ekonomi maju diperkirakan lebih lambat sepanjang tahun ini. Lantas, Dana Moneter Internasional kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari sebelumnya 3,5% menjadi 3,3% untuk 2019.
Negara-negara ekonomi maju (advanced economies) diperkirakan tumbuh jauh lebih lambat dari proyeksi sebelumnya. Awal tahun, IMF memproyeksi negara-negara ekonomi maju masih bisa bertumbuh 2% tahun ini.
Dalam laporan World Economic Outlook 2019 edisi April yang dikutip, Rabu (10/4), IMF memangkas proyeksi pertumbuhan negara-negara ekonomi maju menjadi hanya 1,8% di 2019.
Proyeksi perlambatan ekonomi pada negara maju ini menyumbang lebih dari dua per tiga dari perlambatan pertumbuhan ekonomi secara global. Penyebab utamanya masih di pusaran dampak lanjutan perang tarif dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang memuncak pertengahan tahun lalu, melemahnya perekonomian AS, ditambah hilangnya momentum pertumbuhan ekonomi Uni Eropa.
Pertumbuhan kawasan Euro diprediksi melemah dari 1,8% tahun lalu menjadi hanya 1,3% pada tahun ini.
Penyebabnya, pertumbuhan Jerman melambat di tengah konsumsi swasta yang rendah, produksi industri yang lemah, revisi kebijakan standar emisi kendaraan, hingga penurunan ekspor.
Begitu juga dengan ekonomi Italia yang melemah karena rendahnya permintaan domestik, ditambah tingkat imbal hasil (sovereign yields) yang tetap tinggi. Sementara, perekonomian Prancis terkena sentimen negatif dari situasi politik dan protes massa yang terjadi di sana.
Untuk Inggris, IMF juga menurunkan proyeksi pertumbuhan dari sebelumnya 1,4% di 2018 menjadi 1,2%. Ini merefleksikan kekhawatiran terhadap hasil Brexit yang hingga saat ini masih diliputi ketidakpastian yang besar.
Adapun, IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 2,3% di 2019. Penutupan pemerintahan (government shutdown) yang sempat berlangsung cukup lama di awal tahun menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Selain itu, IMF juga melihat kebijakan anggaran belanja pemerintah yang lebih rendah dari yang sebelumnya sudah diantisipasi.
Proyeksi IMF terhadap pertumbuhan ekonomi AS tersebut sebenarnya masih lebih tinggi daripada potensi laju pertumbuhan ekonomi AS yang sebenarnya. Sebab, permintaan domestik yang tinggi akan mengerek impor dan berkontribusi terhadap melebarnya neraca transaksi berjalan negeri Paman Sam tersebut.
Satu-satunya negara ekonomi maju yang pertumbuhannya diproyeksi lebih baik oleh IMF adalah Jepang, yaitu 1% naik dari pertumbuhan tahun sebelumnya 0,8%.
Pertumbuhan Jepang yang lebih baik, menurut IMF, seiring dengan adanya dukungan fiskal tambahan yang diberikan pemerintah Jepang tahun ini. Dukungan fiskal terutama sebagai langkah untuk mengurangi dampak kenaikan tarif pajak konsumsi yang direncanakan pada Oktober 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News