kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ekonomi Global Tertekan Inflasi dan Perang, RI Diuntungkan Kenaikan Harga Komoditas


Kamis, 14 Juli 2022 / 13:24 WIB
Ekonomi Global Tertekan Inflasi dan Perang, RI Diuntungkan Kenaikan Harga Komoditas
ILUSTRASI. Menkeu Sri Mulyani saat konferensi pers mengenai pengampunan pajak di kantor DJP Kementerian Keuangan, Jakarta Selatan, Jumat (1/7/2022). Ekonomi Global Tertekan Inflasi dan Perang, RI Diuntungkan Kenaikan Harga Komoditas.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina semakin memperburuk tekanan ekonomi dan politik global. Pasalnya, kedua negara tersebut memiliki peran strategis dalam hal perdagangan internasional.

Rusia merupakan negara pemasok minyak mentah terbesar ke dunia, sehingga ketika terjadi perang maka harga minyak dunia juga melambung tinggi. Begitu juga dengan Ukraina yang merupakan salah satu negara pemasok komoditas pangan terbesar di dunia, seperti gandum.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, ketegangan atau perang geopolitik Rusia dan Ukraina memiliki efek signifikan yang dirasakan secara global. Dampak yang paling mungkin terjadi adalah krisis energi dan pangan, serta juga tekanan inflasi.

Baca Juga: Negara Sri Lanka Bangkrut, Sri Mulyani Pastikan Ekonomi Indonesia Aman

Bendahara Negara tersebut mengatakan, Indonesia mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga komoditas tersebut, sehingga penerimaan negara meningkat drastis. Namun di satu sisi, pemerintah harus menanggung beban subsidi dan kompensasi bahan bakar minyak (BBM).

"Bagi Indonesia, dampak yang diamati adalah kenaikan harga komoditas non migas, khususnya batubara dan crude palm oil (CPO). Ini akan sangat mempengaruhi anggaran kami, mengingat anggaran kami menanggung beban subsidi dan kompensasi bahan bakar," ujar Sri Mulyani dalam acara Sustainable Finance for Climate Transition Roundtable, Kamis (14/7).

Sri Mulyani mengatakan, pemerintah Indonesia akan terus mengelola keseimbangan dari lingkungan global yang sangat rumit dan kompleks, serta memastikan juga untuk terus mendukung proses pemulihan domestik.

Baca Juga: Indonesia Masuk Daftar 15 Negara yang Berisiko Resesi dengan Angka 3%, Apa Artinya?

Namun bagi negara lain yang tidak mempunyai kemampuan subsidi, maka risikonya adalah dibebankan ke masyarakat.

"Dalam hal ini kita melihat tantangan bagi banyak negara dalam menghadapi inflasi. Tentunya ini akan menjadi salah satu pembahasan terpenting dalam pertemuan G20 besok," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×