kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.826.000   20.000   1,11%
  • USD/IDR 16.650   -95,00   -0,57%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Ekonom Soroto Indeks Logistik RI Masih Rendah Meski Jokowi Rajin Bangun Infrastruktur


Minggu, 22 September 2024 / 15:45 WIB
Ekonom Soroto Indeks Logistik RI Masih Rendah Meski Jokowi Rajin Bangun Infrastruktur
ILUSTRASI. Direktur dan Ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adinegara. Celios: indeks kinerja Indonesia tetap rendah meskipun pemerintahan Jokowi rajin Bangun sarana infrastruktur


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – YOGYAKARTA. Center of Economic and Law Studies (Celios) menyebut indeks kinerja Indonesia tetap rendah meskipun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) rajin  Bangun sarana infrastruktur

Direktur Celios, Bhima Yudhistira menuturkan bahwa hal itu mengindikasikan komitmen Jokowi jor-joran dalam membangun infrastruktur dinilai tidak optimal.

“Infrastruktur utamanya (dibangun) untuk meningkatkan konektivitas, agak kontradiksi dengan laporan logistik performance index kita yang masih lambat. Yang bahkan turun ke 17 peringkat tahun 2023,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (21/9).

Bhima menuturkan, pada 2023, Logistic Performance Index (LPI) World Bank Indonesia mendapat skor total sebesar 3,0 berada di peringkat 61. Sementara itu, pada 2018 LPI Indonesia sempat menyentuh skor 3,15 dan duduk di peringkat 46.

Baca Juga: Ini Proyek Infrastruktur Jokowi yang Bakal Dilanjutkan Pemerintahan Prabowo

Bhima menegaskan, hal itu perlu menjadi perhatian pemerintah ke depan. Pasalnya, alokasi belanja negara yang dikucurkan pemerintah setiap tahunnya untuk mendukung pembangunan infrastruktur tersebut nilainya jumbo mencapai Rp400 triliun per tahunnya. 

Sedikit menerawang, Bhima menyebut belum optimalnya pembangunan infrastruktur era Jokowi didorong oleh beberapa faktor. Salah satunya yakni proyek yang dibangun dinilai tak memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

“Beberapa ruas jalan tol (yang baru dibangun pemerintah) tidak terlalu menarik bagi pelaku industri, sehingga pelaku industri dengan jasa logistiknya tetap menggunakan jalur arterial. Itu terlihat, termasuk jalan tol Trans Sumatra,” tuturnya.

Kedua, Bhima menyebut konektivitas antar sarana infrastruktur RI juga belum terpenuhi. Salah satu contohnya yakni keterhubungan antara jalan tol yang masif dibangun dengan proyek-proyek tol laut hingga Pelabuhan.

“Ketiga, tentunya infrastruktur yang kita tidak terlalu banyak butuhkan, tapi dipaksakan. Salah satunya Jakarta-Bandung, kereta cepat. Itu kalau saya melihat, belum memicu pertumbuhan properti, maupun memicu peningkatan produktivitas kawasan industri di sekitar,” pungkasnya.

Baca Juga: Gelombang PHK Melanda, Celios: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tidak Berkualitas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×