Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli
Riza sendiri menilai, upaya pemerintah dalam mengonversi mata uang merupakan salah satu bentuk penyebaran risiko dari volatilitas nilai tukar terhadap dolar. Pasalnya, suku bunga Euro mendekati 0%, maka risiko volatilitas nilai tukar akan menjadi rendah sehingga akan lebih aman dari risiko volatilitas nilai tukar.
Selain Yen dan Euro, mata uang yang secara global cukup kuat adalah poundsterling dengan suku bunga 0,1% per bulan Juni 2020. Dengan kata lain, pemerintah juga berpotensi mengonversi mata uang ke Poundsterling, karena posisinya tidak kalah dengan Yen dan Euro.
Baca Juga: Soal DMO minyak sawit, Mahkota Group minta aspek harga jadi pertimbangan
Secara umum, tujuan utama pemerintah dalam mengonversi mata uang ini adalah mengurangi risiko dari volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Jadi, pada saat pengembalian utang, permintaan dolar AS tidak terlalu tinggi, sehingga diharapkan nilai tukar bisa berada pada tingkat yang wajar.
"Jadi intinya ada pada selisih kurs, maka dari itu realisasinya harus cermat baik dalam proporsi maupun selisih," kata Riza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News