kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom saran untuk dorong kelas menengah


Senin, 04 Desember 2017 / 21:19 WIB
Ekonom saran untuk dorong kelas menengah


Reporter: Siti Rohmatulloh | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia menyebut potensi besar dimiliki Indonesia jika 45% kelompok yang ingin masuk kelas menengah benar-benar menjadi kelas menengah.

Kelas menengah digadang sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, setengah dari pajak tidak langsung dan hampir seluruh pajak langsung dibayarkan oleh kelompok kelas menengah.

Sejumlah 43% dari kelas menengah merupakan pelaku wirausaha dengan pekerja berbayar. Di mana merepresentasikan hampir setengah dari keseluruhan konsumsi rumah tangga.

Sebagian besar dari kelas menengah lebih tertarik berinvestasi dalam pengembangan sumber daya untuk generasi mendatang.

Potensi ini perlu didukung dengan perbaikan di berbagai bidang. Chatib Basri, mantan Menteri Keuangan menilai hal terpenting adalah mengubah ketergantungan pada cheap labor serta perlunya dukungan oleh ketersediaan infrastruktur dasar.

Peran pemerintah juga penting menyediakan jaminan perlindungan ekonomi serta sosial kepada kelas menengah yang disebut Basri sebagai professional complainers.

Selain keempat hal tersebut, peran perkembangan teknologi juga dilihat Basri memegang posisi penting untuk menciptakan inovasi fintech.

Sementara mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menilai kurangnya kebijakan yang mengakomodir sektor informal dan jasa. "Kita harus membuat jaminan keamanan untuk sektor informal, bagaimana membuatnya lebih efektif," kata Mari dalam seminar tentang kelas menengah yang diselenggarakan Bank Dunia, Senin (4/12).

Menurutnya, sektor jasa belum menjadi bagian yang dipikirkan dalam inovasi. Hal ini berbeda dengan pendapat Sudhir Shetty, Chief Economist of the east Asia and Pacific Region of The World Bank. Ia menilai pendidikan adalah hal pertama yang harus dibenahi.

Menurut Sudhir, permasalahan ketenagakerjaan yang sering disoroti bukanlah inti, melainkan pendidikan yang dapat membentuk tenaga kerja terampil, termasuk bekerja dengan teknologi.

Hal lain yang dinilai penting adalah partisipasi perempuan. "Saya rasa hal lainnya adalah partisipasi perempuan di dunia kerja. Ini bisa mengendalikan faktor lain sekitar 15%," kata Sudhir. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×