kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ekonom saran untuk dorong kelas menengah


Senin, 04 Desember 2017 / 21:19 WIB
Ekonom saran untuk dorong kelas menengah


Reporter: Siti Rohmatulloh | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia menyebut potensi besar dimiliki Indonesia jika 45% kelompok yang ingin masuk kelas menengah benar-benar menjadi kelas menengah.

Kelas menengah digadang sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, setengah dari pajak tidak langsung dan hampir seluruh pajak langsung dibayarkan oleh kelompok kelas menengah.

Sejumlah 43% dari kelas menengah merupakan pelaku wirausaha dengan pekerja berbayar. Di mana merepresentasikan hampir setengah dari keseluruhan konsumsi rumah tangga.

Sebagian besar dari kelas menengah lebih tertarik berinvestasi dalam pengembangan sumber daya untuk generasi mendatang.

Potensi ini perlu didukung dengan perbaikan di berbagai bidang. Chatib Basri, mantan Menteri Keuangan menilai hal terpenting adalah mengubah ketergantungan pada cheap labor serta perlunya dukungan oleh ketersediaan infrastruktur dasar.

Peran pemerintah juga penting menyediakan jaminan perlindungan ekonomi serta sosial kepada kelas menengah yang disebut Basri sebagai professional complainers.

Selain keempat hal tersebut, peran perkembangan teknologi juga dilihat Basri memegang posisi penting untuk menciptakan inovasi fintech.

Sementara mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menilai kurangnya kebijakan yang mengakomodir sektor informal dan jasa. "Kita harus membuat jaminan keamanan untuk sektor informal, bagaimana membuatnya lebih efektif," kata Mari dalam seminar tentang kelas menengah yang diselenggarakan Bank Dunia, Senin (4/12).

Menurutnya, sektor jasa belum menjadi bagian yang dipikirkan dalam inovasi. Hal ini berbeda dengan pendapat Sudhir Shetty, Chief Economist of the east Asia and Pacific Region of The World Bank. Ia menilai pendidikan adalah hal pertama yang harus dibenahi.

Menurut Sudhir, permasalahan ketenagakerjaan yang sering disoroti bukanlah inti, melainkan pendidikan yang dapat membentuk tenaga kerja terampil, termasuk bekerja dengan teknologi.

Hal lain yang dinilai penting adalah partisipasi perempuan. "Saya rasa hal lainnya adalah partisipasi perempuan di dunia kerja. Ini bisa mengendalikan faktor lain sekitar 15%," kata Sudhir. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×