kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Samuel Sekuritas: Pemerintah jangan lupakan sektor pertanian untuk atasi CAD


Kamis, 28 November 2019 / 19:49 WIB
Ekonom Samuel Sekuritas: Pemerintah jangan lupakan sektor pertanian untuk atasi CAD
ILUSTRASI. Foto areal suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (14/11/2019). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 mencapai 5,3 persen. ANTARA FOTO/Galih Pradipta


Reporter: Grace Olivia | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk mengatasi masalah defisit transaksi berjalan (CAD), pemerintah menargetkan aliran investasi langsung atau foreign direct investment (FDI) yang lebih deras. 

Kendati begitu, Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail Zaini mengingatkan bahwa sejatinya terdapat sektor ekonomi yang selama ini kurang diperhatikan padahal berpotensi memberi dorongan besar terhadap kinerja ekspor. 

Baca Juga: Pemerintah kejar pertumbuhan investasi langsung, Ekonom: Kualitas juga penting

“FDI selama ini mengalir lebih banyak ke sektor tersier, sementara sektor seperti pertanian, khususnya pertanian pangan, masih sangat minim investasi,” tutur Mikail, Kamis (28/11). 

Selain minim investasi, sektor pertanian juga dinilai minim pembiayaan terutama dari perbankan. Mikail memandang, aliran kredit perbankan ke sektor pertanian selama ini cenderung hanya menyasar komoditas sawit dan masih sedikit yang menjangkau komoditas pangan seperti beras atau jagung. 

Padahal, komoditas pangan Indonesia memiliki potensi sebagai barang ekspor di tengah kebutuhan pangan regional bahkan dunia yang semakin tinggi. Produktivitas sektor pertanian pangan mestinya digenjot dengan meningkatkan investasi dan pembiayaan dari pasar. 

Baca Juga: Jokowi minta CAD tuntas dalam empat tahun, Menko Airlangga siapkan jurus quick-wins

“Laporan  PwC, Rabobank, dan Temasek mengungkap bahwa Asia membutuhkan investasi untuk memenuhi kebutuhan pangan sampai US$ 800 miliar dalam sepuluh tahun ke depan. Kalau Indonesia bisa memenuhi setidaknya 20%-30% saja dari kebutuhan itu, kita sangat mungkin membalikkan neraca transaksi berjalan menjadi surplus,” tutur Mikail. 

Oleh karena itu, Mikail menilai pemerintah mestinya melakukan intervensi kebijakan dan mengarahkan insentif yang besar pada sektor pertanian maupun perikanan. Mulai dari memberikan akses modal yang lebih besar pada sektor tersebut melalui pemberian subsidi bunga kredit, permudah izin usaha, maupun insentif lainnya yang dapat mendorong investor masuk ke sektor tersebut. 

“Jadi pemerintah jangan sampai salah identifikasi. Investasi dan insentif harus diarahkan ke sektor industri yang menghasilkan ekspor yang besar kalau mau selesaikan CAD,” tandas Mikail.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×