kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Ekonom: PPKM Level 4 tekan permintaan masyarakat pada awal semester II


Senin, 02 Agustus 2021 / 19:30 WIB
Ekonom: PPKM Level 4 tekan permintaan masyarakat pada awal semester II
ILUSTRASI. Suasana sepi terlihat di Lotte Shopping Avenue, Jakarta, Jumat (2/7/2021). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Konsumen (IHK) Juli 2021 mengalami peningkatan harga (inflasi). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat inflasi pada bulan laporan sebesar 0,08% mom dan secara tahunan sebesar 1,52% yoy. 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman melihat, adanya inflasi pada bulan Juli 2021 didorong oleh peningkatan harga dan tidak mencerminkan peningkatan daya beli masyarakat. 

Menurutnya, adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat dan dilanjutkan dengan PPKM Level 3 dan 4 ini menurunkan permintaan masyarakat pada awal semester II-2021. 

Baca Juga: Jokowi lanjutkan PPKM Level 4 di sejumlah kabupaten/kota, berlaku hingga 9 Agustus

“Ini mengurangi potensi inflasi karena peningkatan permintaan (demand-pull inflation) dari proses pemulihan ekonomi yang sudah mulai terlihat beberapa waktu terakhir,” ujar Faisal kepada Kontan.co.id, Senin (2/8). 

Hal ini juga terlihat dari tingkat inflasi inti yang sebesar 0,07% mom atau secara tahunan 1,40% yoy. Ini lebih rendah dari inflasi inti pada Juni 2021 yang sebesar 0,14% mom dan secara tahunan 1,49% yoy. 

Terjadinya inflasi pada komponen inti ini juga sebenarnya didorong oleh kebutuhan kesehatan seiring dengan adanya PPKM dan juga kebutuhan pendidikan menjelang tahun ajaran baru. 

Meski begitu, Faisal masih mempertahankan pandangannya bahwa potensi tekanan inflasi akan menguat di sisa semester II-2021, seiring dengan dilonggarkannya pengetatan mobilitas yang kembali menggairahkan aktivitas ekonomi, termasuk daya beli masyarakat. 

Baca Juga: Penjualan Ramayana Lestari Sentosa (RALS) meningkat 16,50% di semester I-2021

Hal ini juga seiring dengan adanya pertumbuhan uang beredar dalam arti luas (M2) yang tinggi akibat stimulus ekonomi Covid-19 yang dilakukan sejak tahun 2020. Meski memang saat ini efeknya masih tertahan gara-gara pembatasan aktivitas. 

Dari sisi harga, masih ada potensi tekanan inflasi dari sisi harga (cost-push inflation) dalam waktu dekat. Ini terlihat dari inflasi Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) yang lebih tinggi dari inflasi IHK di tengah kenaikan harga komoditas. 

Dengan perkembangan tersebut, ke depan Faisal memperkirakan tingkat inflasi di sepanjang tahun 2021 sebesar 2,28% yoy atau lebih tinggi dari 1,68% yoy pada tahun 2020. Namun, ini sudah masuk ke dalam batas bawah kisaran sasaran Bank Indonesia yang sebesar 3% plus minus 1%. 

Selanjutnya: Kasus Covid-19 tinggi, Menkes Budi Gunadi targetkan testing capai 400.000 per hari

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×