kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom: Pemerintah perlu berantas kelompok kepentingan yang memperlambat perekonomian


Minggu, 28 April 2019 / 19:29 WIB
Ekonom: Pemerintah perlu berantas kelompok kepentingan yang memperlambat perekonomian


Reporter: Vendi Yhulia Susanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom menilai pemerintah perlu memberantas kelompok kepentingan yang menjadi faktor melambatnya perekonomian.

Ekonom senior Faisal Basri mengatakan, pemerintah perlu memberantas kelompok kepentingan yang merupakan lemak bagi perekonomian Indonesia serta membuat pertumbuhan ekonomi lamban meski naik sedikit.

“Kita berharap dilibas kelompok-kelompok kepentingan yang menyelubungi lemak perekonomian Indonesia. Ini yang membuat gerak ekonominya lamban. (Pertumbuhan ekonomi) Naik naik 0,1 0,2 nol koma gitu. Seharusnya kita bisa tumbuh cepat kalau tubuh kita ramping. Pak jokowi harus punya unit khusus membakar lemak ini,” ucap Faisal dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (27/4).

Selain karena memperlambat ekonomi, Faisal menilai kelompok kepentingan tersebut dapat mengganggu kerjasama antara pemerintah dan swasta dalam upaya membangun ekonomi.

“Kolaborasi itu tidak akan jadi masalah atau akan lancar kalau tidak disusupi oleh vested interest (kelompok kepentingan. Inilah yang harus dibakar, harus dienyahkan supaya murni kepentingan negara. Jangan ada yang menunggangi kepentingan negara padahal untuk kepentingan dirinya, untuk kepentingan kelompoknya,” kata dia.

Pasalnya, akan lebih baik jika dalam membangun ekonomi pemerintah menggandeng swasta agar tidak ada potensi yang hilang.

“Jadi negeri ini terlalu besar untuk dikelola sepenuhnya oleh BUMN. Terlalu besar, potensinya nanti akan hilang kalo dikelola satu pihak saja. Bahkan perlu dilibatkan koperasi atau inisiatif-inisiatif masyarakat lainnya,” ucap dia.

Disamping itu, Faisal juga menyoroti, BUMN – BUMN semestinya bekerja di bidangnya saja dengan tidak mengembangkan lini bisnis yang bukan bidangnya. Menurutnya, BUMN yang mengembangkan bisnis di bidang bisnis lainnya merupakan bentuk ketidakpatutan dari BUMN tersebut.

“Sudah konsentrasi saja BUMN-BUMN di bisnis intinya. Misalnya BUMN semen, Semen Gresik dia punya pelabuhan sendiri, oke di pelabuhannya sendiri tidak apa-apa, tetapi Gemen gresik jangan ekspansi bangun pelabuhan di Gorontalo. Sama tidak patutnya seperti Adhi Karya bangun hotel Grandhika, Hutama Karya membangun HK hotel, Pegadaian membangun Pesona Hotel, kan enggak benar ini namanya,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×