Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih tertekan hingga akhir perdagangan pekan ini. Pada penutupan perdagangan Jumat (18/11), rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 15.864 per dolar AS.
Ini melemah 0,13% dibandingkan level rupiah pada penutupan pada hari sebelumnya yang berada di level Rp 15.663 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Masih Melemah, Ini Kata Ekonom Danareksa
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah seiring dengan kebijakan agresif bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menaikkan suku bunga acuan.
“The Fed masih cukup agresif dalam menaikkan suku bunga acuan, sehingga arus modal asing keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia,” terang Riefky kepada Kontan.co.id, Minggu (20/11).
Jangan berkecil hati, Riefky melihat masih ada potensi nilai tukar rupiah menguat dan kembali di bawah level Rp 15.000 per dolar AS. Namun, ini baru terjadi setelah The Fed mulai mengerem laju pengetatan suku bunga acuan.
“Nilai tukar rupiah akan kembali di bawah Rp 15.000 per dolar AS setelah The Fed mulai kendor pengetatannya. Sepertinya, terjadi di awal maupun tengah tahun 2023,” tambah Riefky.
Nah, untuk akhir tahun 2022, Riefky memperkirakan nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.300 hingga Rp 15.500 per dolar AS. Meski masih di atas Rp 15.000 per dolar AS, tetapi ada potensi nilai tukar rupiah pada akhir tahun menguat dari level saat ini.
Baca Juga: Rupiah Masih Loyo Kendati Suku Bunga BI Naik, Ini Kata Ekonom
Untuk menjaga otot rupiah masih tetap kokoh, Riefky mengimbau BI menggunakan instrumen moneter, yaitu untuk menjaga rate differential untuk tetap menarik dibandingkan negara berkembang lainnya. Ini untuk menjaga pergerakan arus modal asing yang juga turut menyokong pergerakan rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News