Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga saat ini belum diketahui siapa yang akan memenangkan Pemilu Amerika Serikat (AS). Mengutip hasil perhitungan sementara Aljazeera hingga pukul 17:20 WIB, Joe Biden mengantongi 238 suara, sedangkan Donald Trump mendapatkan 213 suara.
Meski belum bisa ditentukan siapa yang jadi pemenangnya, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, Indonesia akan mendapatkan lebih banyak dampak positif ke Indonesia bila Biden terpilih menjadi presiden AS.
Menurutnya, bila Biden terpilih menjadi presiden AS, diperkirakan tensi perang dagang akan menurun. Ini juga didorong karena Biden lebih berpengalaman menjalin hubungan multilateral yang produktif pada era Obama.
"Di sisi lain, kebijakan stimulus ekonomi di partai demokrat akan lebih besar untuk mendorong pemulihan daya beli kelas menengah di AS. Biden juga mendorong upah minimum federal naik menjadi US$ 15 per jam. Imbasnya permintaan barang dari Indonesia akan semakin besar jika daya beli di AS meningkat," kata Bhima kepada Kontan, Senin (4/11).
Baca Juga: Kekhawatiran Ekonom jika Donald Trump terpilih lagi
Sementara, berbeda dengan Biden, bila pemilu dimenangkan oleh Trump, maka Trump akan menekankan stimulus ekonomi pada pemangkasan pajak bagi orang kaya.
Bhima juga mengatakan, bila Trump yang terpilih kembali maka Trump akan menciptakan banyak ketidakpastian dalam ekonomi global. Dia berpendapat, dengan terpilihnya Trump maka pemulihan ekonomi global diproyeksi berjalan lambat dan kebijakan proteksionisme bisa berlanjut.
Sementara, dia juga mengatakan, kebijakan proteksionisme yang dilakukan Trump telah banyak merugikan kepentingan Indonesia.
"Buktinya kinerja ekspor sebelum pandemi sudah lesu karena rendahnya permintaan bahan baku ke China dan ekspor langsung ke AS," katanya.
Tak hanya dari sisi prospek perdagangan Indonesia, kemenangan Biden pun dianggap akan berdampak pada pasar keuangan. Menurut Bhima, Biden akan memberikan angin segar ke arus modal asing jika berhasil memenangkan pemilu ini.
Baca Juga: Pengusaha lebih senang kalau Trump menang pilpres AS karena alasan ini
"Investor AS yang selama ini bermain aman dengan beli emas, dolar dan yen Jepang atau safe haven mulai berani masuk ke emerging market," jelas Bhima
Menurutnya, hal ini dibuktikan dengan menguatnya IHSG sebesar 4.72% dalam sebulan terakhir sehingga berada di level 5.159. Sementara, dana asing tercatat mulai mengurangi aksi jual bersihnya
Dia juga menilai, investor pun akan mengincar obligasi pemerintah Indonesia karena menawarkan bunga yang tinggi kepada investor.
Sementara, untuk investasi asing langsung (FDI) dari AS pun diperkirakan akan semakin masuk ke Indonesia bila normalisasi hubungan dagang berhasil.
Tak hanya itu, Bhima pun memperkirakan Biden akan akan mengambil langkah yang lebih taktis untuk menghadapi China di Asia tenggara khususnya pada masalah sengketa Laut China Selatan. Menurutnya, langkah ini sangat berbeda dengan langkah yang ditempuh Trump.
"Beda sekali ya cara Trump yakni dengan melakukan seruan yang konfrontatif misalnya yang dilakukan Mike Pompeo beberapa waktu lalu, malah menambah runyam stabilitas politik di kawasan," jelas Bhima.
Baca Juga: Pemimpin dunia dan pertanyaan rumit soal Pilpres AS
Meski berikan dampak positif, Bhima pun tak menampik ada hal yang perlu diwaspadai oleh Indonesia bila Biden yang menjadi Presiden AS. Menurutnya, salah satu tantangan yang didapatkan Indonesia bisa Biden terpilih adalah arah kebijakan energi Biden, dimana dia lebih mengandalkan energi terbarukan.
"Ini jadi tantangan berat bagi Indonesia karena komoditas energi berbasis fosil pasar di AS makin sempit. Sementara itu bagi produk seperti CPO atau biofuel juga dikhawatirkan menghadapi hambatan terkait isu lingkungan hidup," kata Bhima.
Selanjutnya: Tambah napas panjang, Donald Trump unggul di beberapa negara bagian kunci
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News