Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Besok Badan Pusat Statistik (BPS) bakal merilis data neraca perdagangan periode Juli 2019. Ekonom sepakat ekspor dan impor yang melambat dapat membuat neraca perdagangan defisit.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus mengatakan secara siklus neraca perdagangan bakal defisit di bulan Juli. Meskipun Juli tahun ini tidak sebesar tahun 2018.
Adapun, Ahmad memprediksi defisit bulan Juli berada di level US$ 100-US$ 200 juta. Ahmad menerangkan memasuki semester II impor dan ekspor akan turun. Tapi penurunan impor lebih besar.
Baca Juga: Ekonom memprediksikan neraca dagang bulan Juli surplus
Sementara, ekspor cenderung turun karena devaluasi mata uang yuan. “Di luar dugaan melihat ekspor, secara mom jelas flukluatif dengan kecenderungan yang turun 8%,” kata Ahmad kepada Kontan.co.id, Rabu (14/8).
Di sisi lain, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Muhammad Faisal memprediksi neraca perdagangan periode Juli 2019 defisit sebesar US$ 1,5 miliar. Faktor pendorong karena setelah Ramadhan dan Idul Fitri ada peningkatan ekspor dan impor.
Menurut dia ekspor di bulan Juli akan naik 15% sementara impor 30%. Impor naik masih didominasi oleh migas yang mengalami permintaan masih tinggi. Untuk ekspor tumbuh paling banyak dari non-migas. “Perlu diingat kita negara net-importir,” kata Faisal kepada Kontan.co.id, Rabu (14/8).
Baca Juga: Begini proyeksi ekonom terhadap neraca dagang Juli 2019
Kata Faisal meski impor tetap tumbuh, dia menilai tidak akan sebanyak tahun lalu. Hal ini didukung oleh pengurangan impor baja.
Sampai dengan akhir tahun perang dagang Amerika Serikat dan China akan membuat perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang berefek domino terhadap penurunan ekspor. “Perang dagang tidak bisa diprediksi, bisa saja ada tarif impor baru dari AS kepada China,” tutur Ahmad.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News