kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ekonom: Ekonomi kita tergantung China dan India


Rabu, 02 Oktober 2013 / 20:22 WIB
Ekonom: Ekonomi kita tergantung China dan India
ILUSTRASI. Minuman yang Sebaiknya Dikonsumsi Saat Menstruasi. (Tribun Jateng/ Hermawan Handaka)


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam melambat lebih dalam dari proyeksi Pemerintah. Pasalnya, Asian Development Bank pada Selasa (1/10) telah merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia yang diperkirakan akan melambat.

ADB melihat, pertumbuhan ekonomi kawasan Asia bisa menyentuh level 6% di tahun 2013 ini, dan 6,2% di tahun 2014 mendatang.

Penyebabnya adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di India dan China. Sebelumnya, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia berada di level 6,3% di tahun 2013 dan 6,4% pada 2014.

Terkait hal itu, Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, proyeksi ADB cukup wajar, mengingat hampir semua negara sudah merevisi target pertumbuhannya. Begitu pun dengan Indonesia yang telah menurunkan target pertumbuhannya ke level 5,9% untuk tahun 2013 ini.

Proyeksi ini, menurut Chatib, sudah menghitung kemungkinan perlambatan yang terjadi di negara lain termasuk China dan India.

Jadi, bila ADB merilis pertumbuhan Asia melambat, bukan berarti harus membuat Indonesia kembali menurunkan proyeksi pertumbuhannya. "Mudah-mudahan tidak melambat lagi," ujar Chatib, Selasa (1/10) di gedung DPR.

Untuk mengantisipasi kemungkinan dampak tapering off dari Pemerintah AS, Chatib sudah mempersiapkan formula khusus.

Di antaranya, Pemerintah telah mengeluarkan paket kebijakan untuk memperkuat daya tahan ekonomi dalam negeri, menjalin kerja sama dalam bentuk bilateral swap agreement. Bahkan, kalau belum cukup Pemerintah siap mengeluarkan paket kebijakan tambahan.

"Untuk kebijakan stimulus kedua kita sedang menghitung lagi dosisnya, rencananya akan dikeluarkan bulan Oktober ini," jelas Chatib.

Beberapa kebijakan tambahan itu di antaranya terkait dengan perampingan peraturan, perizinan dan Daftar Negatif Investasi (DNI).

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) A. Prasetyantoko mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa berada di bawah target pemerintah, yaitu di kisaran 5,5%-5,8%.

Ia melihat, saat ini pemerintah sedang mengurangi pertumbuhannya untuk memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Sebab, jika pertumbuhan ekonomi melambat akan membuat konsumsi masyarakat juga berkurang, akibatnya impor juga bisa ditekan.

Selain itu, Prasetyantoko juga melihat perlambatan ekonomi India dan China akan menekan jumlah ekspor Pemerintah. Pasalnya, kedua negara tersebut merupakan tujuan utama ekspor Indonesia dan negara-negara kawasan.

"Tingkat pertumbuhan kita mau tidak mau mengikuti kedua negara itu," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×