kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Ekonom CORE Wanti-Wanti Inflasi Tahun Depan Bisa Melonjak Dua Kali Lipat


Rabu, 29 Desember 2021 / 18:24 WIB
Ekonom CORE Wanti-Wanti Inflasi Tahun Depan Bisa Melonjak Dua Kali Lipat
Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal (kanan) saat Refleksi Ekonomi Akhir Tahun 2021.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia mewaspadai adanya peningkatan inflasi pada tahun 2022 yang bahkan bisa mencapai 2 kali lipat dari perkiraan inflasi di tahun ini.

“Kalau kami perkirakan inflasi di tahun 2021 akan di bawah 2%, inflasi di tahun depan bisa mencapai 4%. Bisa dua kali lipat,” ujar Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal, Rabu (29/12) di Jakarta.

Peningkatan inflasi ini didorong oleh sejumlah kebijakan dari pemerintah. Seperti, pos-pos pajak baru termasuk pajak karbon dan peningkatan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Selain itu, ada wacana kenaikan tarif listrik dan kenaikan tarif iuran BPJS Kesehatan. 

Belum lagi, ada asa pemerintah dalam mengalihkan masyarakat untuk menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) lebih ramah lingkungan yang bisa mendongkrak harga BBM.  Ada juga risiko inflasi yang berkaitan dengan peningkatan harga pangan. 

Baca Juga: Peningkatan Sejumlah Tarif Bisa Sundut Inflasi di Tahun Depan

Faisal kemudian mengatakan, inflasi ini harus diwaspadai. Pasalnya, inflasi ini berasal dari sisi suplai dan bukan karena peningkatan permintaan. Sehingga, bila tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan, maka ini akan menekan daya beli masyarakat. 

Tertekannya daya beli masyarakat nanti akan berimplikasi pada tertahannya kinerja konsumsi rumah tangga. Karena konsumsi rumah tangga memegang peranan terbesar pada pertumbuhan ekonomi, maka tentu saja berpotensi menghambat laju pertumbuhan ekonomi tahun depan. 

Dengan adanya risiko tersebut, Faisal kemudian memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan akan berada di kisaran 4% year on year (yoy) hingga 5% yoy, atau lebih rendah dari yang diasumsikan oleh Pemerintah yang sebesar 5,2%. 

Pertumbuhan ekonomi ini bahkan berpotensi untuk bergerak di bawah 4% yoy, bila ada tambahan risiko lonjakan Covid-19 varian Omicron yang di luar ekspektasi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×