kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.930.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.230   -112,00   -0,69%
  • IDX 7.214   47,18   0,66%
  • KOMPAS100 1.053   7,20   0,69%
  • LQ45 817   1,53   0,19%
  • ISSI 226   1,45   0,65%
  • IDX30 427   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 504   -0,63   -0,12%
  • IDX80 118   0,18   0,16%
  • IDXV30 119   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,20%

Ekonom Core: Wacana pengenaan cukai BBM bisa gerus produktivitas masyarakat


Minggu, 31 Maret 2019 / 19:28 WIB
Ekonom Core: Wacana pengenaan cukai BBM bisa gerus produktivitas masyarakat


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah menilai, wacana tim pemenangan Jokowi-Amin untuk mengenakan tarif cukai bagi bahan bakar minyak (BBM) berpotensi menggerus produktivitas masyarakat. Sebab konsumsi BBM umumnya ditujukan untuk transportasi dan kegiatan produksi lainnya.

"Pengenaan cukai akan berdampak negatif untuk kegiatan produksi," jelas Piter saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (31/3).

Untuk menekan penggunaan BBM, kata Piter, lebih baik membiasakan masyarakat menggunakan transportasi publik seperti kereta dalam kota dan bis dalam kota. Dengan cara ini, penggunaan mobil pribadi juga akan berkurang.

Saat ini, penggunaan kendaraan umum masih jauh dari efektif. Moda transportasi umum seharusnya bisa merata di semua provinsi di Indonesia, tidak hanya Jakarta dan sekitarnya. Terutama kota besar lainnya yang merupakan pusat kegiatan ekonomi.

"Kalau ada cukai BBM berarti akan ada kenaikan biaya transportasi dan membebani masyarakat. Ujungnya menekan daya beli," jelas dia.

Berdasarkan UU nomor 39 tahun 2007, saat ini Indonesia hanya memberlakukan cukai untuk tiga jenis barang yaitu ethanol, minuman yang mengandung etil alkohol dan hasil tembakau.

Berdasarkan data Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemkeu, ASEAN sudah menerapkan cukai lebih dari tiga jenis barang. Thailand misalnya, jumlah barang yang dikenakan cukai ada 11.

Sedangkan Kamboja juga 11 jenis barang, Laos 10 jenis barang, Vietnam dan Myanmar masing-masing 9 dan 8 jenis barang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×