Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. November tahun ini, neraca perdagangan kembali mencatat defisit sebesar US$ 2,05 miliar. Defisit ini melebar dari bulan sebelumnya, dimana defisit neraca dagang di Oktober sebesar US$ 1,82 miliar.
Melihat data perkembangan impor dan ekspor Indonesia di November, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Pieter Abdullah pesimistis neraca dagang di Desember akan membaik. Dia memperkirakan, defisit neraca dagang bisa kembali melebar.
Pasalnya, di Desember mendatang, harga minyak mulai menunjukan kenaikan dan rupiah kembali melemah. Apalagi, biasanya di akhir tahun impor barang konsumsi akan kembali naik.
"Kalau polanya masih sama, ekspor turun dan impor meningkat, defisit akan kembali melebar," tutur Pieter kepada Kontan.co.id, Senin (17/12).
Menurut Pieter, bila meraca dagang terus melebar, maka defisit transaksi berjalan akan semakin besar dan berpotensi melewati 3% dari pertumbuhan domestik bruto (PDB). "Bila itu terjadi, tekanan pelemahan rupiah di awal tahun 2019 akan sangat besar. Akan berat bagi Bank Indonesia untuk mempertahankan rupiah di bawah Rp 15.000," jelas Pieter.
Sementara itu, sebelumnya Pieter memproyeksi neraca perdagangan di November akan mencatat surplus berkisar US$ 0.5 miliar - US$ 1.5 miliar. Perbaikan ini karena faktor penguatan rupiah dan penurunan harga minyak. Melihat neraca perdagangan yang masih melebar, Pieter memandang kedua faktor tersebut belum mampu menghentikan laju impor, justru impor terus meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News