Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean menilai, second line of defense milik Bank Indonesia (BI) saat ini sudah perlu diaktifkan terlebih di tengah situasi seperti sekarang ini.
Adapun second line of defense ini, berupa pertukaran mata uang atau bilateral Bilateral Currency Swap Agreement (BCSA) dengan bank sentral dari sejumlah negara seperti China, Jepang, Singapura, Australia, dan lain-lain.
Baca Juga: Cadangan devisa dinilai masih cukup untuk stabilkan rupiah
"Ketidakpastian sangat besar. Untuk memitigasi kemungkinan seperti dampak sentimen yang berkepanjangan, serta efek jatuhnya volume perdagangan dunia terhadap posisi neraca pembayaran dan rupiah, maka BCSA seyogianya memang harus diaktivasi," ujar Adrian kepada Kontan.co.id, Minggu (5/4).
Adrian menekankan, alasan yang lebih penting dari pengaktifan BCSA ini bukan didasarkan pada cukup atau tidak cukupnya cadangan devisa (cadev) yang ada di Indonesia.
Namun, terkait dengan prospek pembiayaan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) di tahun 2020 bila seandainya foreign outflow terus terjadi di pasar modal.
Baca Juga: Perjanjian swap bilateral saat ini dinilai belum perlu diaktifkan, ini alasannya