Reporter: Ferry Saputra | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Syariah Indonesia (BSI) memproyeksikan ekspor Indonesia akan menurun pada Maret 2023 karena sejumlah faktor. Adapun impor diperkirakan cenderung sedikit mixed atau kombinasi.
Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya memperkirakan ekspor akan menurun karena masih berlanjutnya tren penurunan harga komoditas unggulan Indonesia selama Maret 2023, seperti batu bara sebesar -8,61% dan Crude Palm Oil (CPO) -1,46%.
"Selain itu, perekonomian Amerika Serikat (AS) dan Eropa makin menunjukkan kontraksi selama Maret 2023 yang melemahkan prospek permintaan global," ucap dia kepada KONTAN, Kamis (13/4).
Baca Juga: Ekonom Kompak Perkirakan Surplus Neraca Dagang Maret 2023 Menyusut
Dengan demikian, fokus ekspor Indonesia perlu diperkuat ke negara di Asia, khususnya ASEAN, yang diproyeksikan masih akan tumbuh positif sepanjang 2023 dan relatif tidak terpengaruh oleh resesi global.
Di sisi lain, Banjaran menganggap re-opening ekonomi China juga belum berdampak besar terhadap ekspor Indonesia. Dia menyampaikan inflasi di China justru menunjukkan penurunan berturut-turut sejak awal tahun, yakni 2,1% pada Januari, 1,0% pada Februari, dan 0,7% di Maret.
Selain itu, tensi geopolitik juga memengaruhi ekspor Indonesia ke China, bahkan terancam melemah dalam sementara waktu. Oleh karena itu, Ekspor diperkirakan akan kembali turun dari US$ 21,4 miliar pada Februari 2023 menjadi US$20,9 pada Maret 2023.
Sementara itu, Banjaran menilai sisi impor akan sedikit mixed. Impor migas diperkirakan akan turun. Sebab, masih berlangsungnya tren koreksi harga minyak global yang turun -7,34% selama Maret 2023 meski mulai naik kembali pada April 2023.
Baca Juga: Disokong Ramadan dan Lebaran, Impor Maret 2023 Diperkirakan Naik 25,3%
Adapun impor non-migas kemungkinan besar akan naik. Dipengaruhi peningkatan aktivitas manufaktur, yakni PMI Indonesia naik dari 51,2 menjadi 51,9 pada Maret 2023 dan penjualan ritel yang naik dari 0,6% Year on Year (YoY) ke 4,8% YoY.
"Kenaikan impor dibandingkan bulan sebelumnya didukung oleh perputaran konsumsi selama periode Ramadan dan Idulfitri," kata dia.
Oleh karena itu, Banjaran menyampaikan impor secara totaI dari migas dan nonmigas diperkirakan akan sedikit meningkat dari US$15,92 miliar pada Februari 2023 menjadi US$ 16,4 miliar pada Maret 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News