Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para ekonom kompak meramal neraca perdagangan pada Maret 2023 masih mencetak surplus. Hanya saja, surplus tersebut menyusut jika dibandingkan bulan sebelumnya.
Kepala Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution memperkirakan, neraca perdagangan pada Maret 2023 sebesar US$ 4,52 miliar. Hanya saja, angka tersebut sedikit menurun jika dibandingkan pada Februari 2023 yang sebesar US$ 5,48 miliar.
Damhuri bilang, kinerja ekonomi India, China dan Jepang cenderung semakin membaik. Ini tercermin dari Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur India dan China yang berada di zona ekspansi, serta Jepang yan mendekati zona ekspansi.
Baca Juga: Ekspor Turun, Ekonom Bank Permata Proyeksi Surplus Neraca Dagang Maret 2023 Menyusut
Selain itu, pembukaan kembali perekonomian China dan inflasi yang semakin terjaga di India serta permintaan domestik yang masih kuat di Jepang akan menjadi faktor pendorong pemulihan ekonomi di negara-negara tersebut.
"Perbaikan kinerja ekonomi India, China dan Jepang akan meningkatkan volume permintaan terhadap produk ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut," ujar Damhuri kepada Kontan.co.id, Kamis (13/4).
Sementara itu, Damhuri melihat harga komoditas unggulan ekspor Indonesia sampai dengan bulan Maret masih dalam tren penurunan.
Dengan begitu, ia memperkirakan ekspor Indonesia pada Maret 2023 akan mencapai US$ 24,47 miliar atau tumbuh 14,36% secara bulanan. Hanya saja, secara tahunan kinerja ekspor justru menurun 7,65% secara tahunan.
Dari sisi impor, Damhuri melihat bahwa aktivitas sektor manufaktur yang semakin meningkat akan mendorong permintaan terhadap bahan baku yang semakin meningkat pula, termasuk yang diimpor. Begitu juga dengan laju inflasi yang semakin terjaga, maka pertumbuhan konsumsi (termasuk produk impor) diperkirakan masih tumbuh baik.
Hanya saja, impor barang modal diperkirakan akan tetap tumbuh meskipun sedikit melambat lantaran prospek pertumbuhan ekonomi yang melambat, tingkat suku bunga yang meningkat serta adanya kekhawatiran terhadap resesi ekonomi global.
"Jumlah hari di bulan Maret lebih banyak dibandingkan dengan Februari, sehingga secara bulanan impor diperkirakan masih tumbuh bagus. Selain itu, secara historis impor menjelang perayaan hari besar keagamaan nasional (HBKN) seperti Idul Fitri cenderung meningkat," katanya.
Dengan kondisi tersebut, Damhuri meramal kinerja impor pada Maret 2023 akan mencapai US$ 19,95 miliar atau naik 25,30% secara bulanan. Meski begitu, secara tahunan akan mengalami penurunan 9,18% secara tahunan.
Baca Juga: Rupiah ke Bawah Rp 15.000 Per Dolar AS, Tren Penguatan Diproyeksi Bertahan Lama
"Dengan pertumbuhan impor yang lebih pesat (secara bulanan) dibandingkan ekspornya, maka neraca perdagangan pada bulan Maret diperkirakan akan sedikit menurun menjadi US$ 4,52 miliar dari US$ 5,48 miliar pada bulan Februari 2023," jelas Damhuri.
Sementara itu, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky memperkirakan neraca perdagangan pada Maret 2023 juga akan menyusut. Ia bilang, neraca dagang pada Maret 2023 berada pada kisaran US$ 4,2 miliar hingga US$ 4,5 miliar.
"Ini salah satunya diakibatkan oleh penurunan kinerja ekspor. Jadi memang karena turunnya harga komoditas itu juga berdampak terhadap turunnya kinerja ekspor kita," kata Riefky kepada Kontan.co.id, Kamis (13/4).
Sementara itu, Riefky juga melihat impor masih akan meningkat secara bulanan akibat kebutuhan pangan pada momen Ramadhan dan menjelang lebaran. Hanya saja, jika dibandingkan secara tahunan kinerja impor akan mengalami penurunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News