Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asumsi rupiah yang digunakan pemerintah untuk RAPBN 2019 senilai Rp 15.000 dirasa masuk akal.
“Kalau Rp 15.000 sampai Rp 15.500 itu cukup pas ya,” ungkap Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual kepada Kontan.co.id, Selasa (16/10)
Angka tersebut paling rasional melihat kondisi ekonomi saat ini, yang terus digempur perang dagang. Menurutnya, dalam merancang APBN perlu keseimbangan nilai realistis dan nilai optimistis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Saat ini tantangan untuk negara masih cukup banyak. “Kenaikan suku bunga Fed, harga energi terutama minyak masih tinggi, serta perang dagang,” imbuh dia.
Asumsi itu juga tepat untuk menekan defisit neraca transaksi berjalan di sekitar 2 – 2,5% pada tahun 2019. Indonesia harus memantapkan posisi ekonomi sehingga tidak ada keraguan terutama dari investor.
“Supaya aliran dana tidak seret jadi lebih baik buat neraca transaksi berjalan lebih konservatif di bawah 2,5%. Kalau terlalu kecil juga tidak baik karena biasanya pertumbuhan yang tinggi diikuti defisit yang besar,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News