kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Badan anggaran DPR menyetujui asumsi dasar ekonomi makro 2019


Selasa, 16 Oktober 2018 / 21:54 WIB
Badan anggaran DPR menyetujui asumsi dasar ekonomi makro 2019
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Anggaran DPR dan pemerintah menyepakati usulan asumsi dasar ekonomi makro 2019 untuk Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019.

Dalam usulan asumsi dasar ekonomi makro tersebut, indikator yang berubah dari RAPBN yang diajukan sebelumnya adalah nilai tukar. Dimana, nilai tukar berubah menjadi Rp 15.000 per dollar Amerika Serikat dari RAPBN sebelumnya sebesar Rp 14.400.

Dalam asumsi dasar ekonomi makro 2019, disetujui pula pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%, inflasi sebesar 3,5%, tingkat bunga SPN 3 bulan sebesar 5,3%, harga minyak mentah Indonesia sebesar US$ 70 per barel, lifting minyak 775.000 barel per hari, dan lifting gas sebesar 1.25 juta barel setara minyak per hari.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, berbagai lembaga keuangan memperkirakan nilai tukar Indonesia di tahun depan bervariasi yaitu antar Rp 15.000 - Rp 15.500. Adanya dinamika nilai tukar ini pun menyebabkan adanya perubahan pada inflasi.

"Setiap depresiasi 1% nilai tukar akan mendorong kenaikan inflasi 0,03%. Dengan asumsi dari Rp 14.500 ke Rp 15.000 akan menaikkan inflasi dari 3,49% menjadi 3,56%. Laju ini masih dalam target," tutur Sri dalam rapat dengan Badan Anggaran DPR, Selasa (16/10).

Sri Mulyani menambahkan, adanya dinamika kurs pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini juga berpengaruh pada pertumbuhan PMTB. Pertumbuhan PMTB yang diperkirakan bisa mencapai 6,83% justru diperkirakan flat di angka 6,7% atau 6,9% di tahun depan.

Adanya depresuasu rupiah sebesar 12% mengakibatkan meningkatnya ekspor. Namun, selain ada kendala di industri manufaktur, pertumbuhan ekspor pun masih dipengaruhi dampak perang dagang. Karena itu, pertumbuhan ekspor di tahun depan tidak akan melonjak di atas 7%, melainkan tetap di kisaran 6,28%.

Sri Mulyani pun memproyeksi, pertumbuhan ekonomi tahun depan justru masih di bawah perkiraan awal yang sebesar 5,3%. "Growth tahun depan kami proyeksikan ada di 5,12%. Lebih rendah dari perkiraan awal 5,3%. Ini terutama disumbangkan oleh PMTB yang lebih lemah dari 6,95% dari 6,91% dan ekspor yang sedikit meningkat tetapi tidak dramatis pertumbuhannya," ujar Sri Mulyani.

Sementara itu, Ketua Pimpinan Rapat Banggar mengatakan meski asumsi dasar ekonomi makro 2019 sudah disetujui, DPR pun meminta pemerintah untuk menjelaskan postur anggaran RAPBN secara mendetail di rapat berikutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×