kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Bank Permata prediksi neraca dagang November 2019 surplus, ini pertimbangannya


Minggu, 15 Desember 2019 / 15:02 WIB
Ekonom Bank Permata prediksi neraca dagang November 2019 surplus, ini pertimbangannya
ILUSTRASI. Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas dengan latar depan Gedung PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Pelindo II di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (24/11/2019). Pelindo II mencatat kinerja positif hingga kuartal III 2019 dengan memb


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menjelang pengumuman neraca perdagangan Indonesia November 2019 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi neraca perdagangan pada bulan tersebut akan mengalami surplus.

"Neraca perdagangan akan surplus US$ 309 juta," jelas Josua pada Kontan.co.id, Minggu (15/12).

Kondisi surplus neraca perdagangan pada November 2019 tersebut disebabkan oleh laju ekspor bulanan yang cenderung lebih tinggi dibandingkan laju impor bulanan.

Baca Juga: BI optimistis potensi aliran modal asing masuk Indonesia kian besar, ini penyebabnya

Josua memprediksi ekspor juga cenderung meningkat dibandingkan bulan Oktober 2019, dipengaruhi oleh peningkatan harga komoditas ekspor dan volume ekspor.

Bila dibandingkan dengan November tahun lalu pun, laju ekspor diperkirakan akan sebesar 1,58% yoy. Ini didorong oleh kenaikan harga komoditas pada bulan November tahun ini seperti crude palm oil (CPO) yang meningkat 18% mom, batubara yang naik 0,4% mom, dan karet alam yang naik 6% mom.

Baca Juga: Ekspor Manufaktur Loyo di Pasar Global, Lemah di Pasar Lokal

Sedangkan harga komoditas volume ekspor juga diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas manufaktur dari sleuruh mitra dagang Indonesia seperti Euro Zone, Amerika Serikat (AS), China, Jepang, India, dan negra-negara di ASEAN.

Sementara itu, bila melihat laju impor, pada bulan November 2019 diperkirakan akan terkoreksi 12,25% yoy. Namun, bila dibandingkan bulan Oktober 2019, kinerja ekspor tidak akan banyak berubah.

Menurut Josua, bila dilihat secara bulanan impor masih dikontribusi oleh impor minyak dan gas (migas). Apalagi ada kenaikan harga minyak sebesar 6% sehingga ini memengaruhi peningkatan impor migas.

Baca Juga: BI prediksi ada potensi aliran modal asing mengalir ke Indonesia

Hanya saja, laju impor secara bulanan tertahan oleh kontraksi dari impor non-migas.

"Adanya pengurangan impor non-migas disebabkan oleh industri manufaktur Indonesia yang masih dalam kondisi terkontraksi atau dengan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Inodnesia yang masih menunjukkan di bawah 50," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×