Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksi, pertumbuhan laju impor di bulan April akan mengalami penurunan sebesar 27,4% secara year-on-year (yoy) danĀ turun 9,4% secara montoh-to-month (mom).
Penurunan laju impor ini, cenderung disebabkan oleh penurunan harga minyak dunia dan disertai dengan penurunan aktivitas manufaktur Indonesia.
"Harga minyak dunia pada bulan April mengalami penurunan sebesar 20,4% mom. Adapun, penurunan aktivitas manufaktur ini diindikasikan dari Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang jatuh ke level 27,5 dari sebelumnya berada pada level 45,3," ujar Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (14/5).
Baca Juga: Ekonom: Neraca dagang Indonesia masih akan Surplus pada April 2020
Menurut Josua, dengan menurunnya aktivitas manufaktur maka impor barang modal dan bahan baku juga akan terhambat, sehingga secara keseluruhan impor Indonesia akan mengalami penurunan.
Hal ini kemudian diperkuat juga oleh kecenderungan penurunan impor barang konsumsi, seiring dengan lemahnya permintaan dalam negeri pada bulan April.
Melemahnya permintaan ini, ditandai oleh perlambatan tingkat inflasi inti. Penurunan tingkat impor tersebut kemudian diperkuat lagi oleh data dari Tiongkok yang menyebutkan bahwa ekspor ke Indonesia mengalami penurunan 5,18% secara yoy.
Baca Juga: Ekonom BNI proyeksikan neraca dagang Indonesia surplus US$ 0,92 miliar di April 2020
Di sisi lain, Josua juga memproyeksikan kinerja ekspor mengalami penurunan sebesar 2,7% yoy dan turun 9.3% mom. Penurunan ekspor tersebut, cenderung diakibatkan oleh menurunnya harga komoditas utama Indonesia disertai oleh perlambatan aktivitas negara partner dagang Indonesia.
"Harga crude palm oil (CPO), batubara, dan karet masing-masing mengalami penurunan sebesar 5,6% mom, 8,0% mom, dan 9,8% mom. Seiring dengan krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia, perekonomian partner dagang Indonesia pun mengalami perlambatan, terutama dari sisi manufaktur," papar Josua.
Ia menjelaskan, PMI Manufaktur Amerika Serikat (AS) turun ke level 41,5 dari sebelumnya 49,1 di bulan Maret. Sementara itu, PMI Manufaktur Jepang juga turun ke level 41,9 dari sebelumnya 44,3.
Baca Juga: Neraca perdagangan Indonesia di bulan April 2020 diprediksi bakal surplus
Selain itu, Josua memperkirakan penurunan ekspor ini tidak akan sedalam penurunan impor. Pasalnya, ekspsor Indonesia diperkirakan masih didorong oleh kenaikan harga emas sebesar 5,9% mom.
Pada neraca perdagangan sebelumnya, pertumbuhan ekspor juga cenderung didominasi oleh kenaikan nilai ekspor emas perhiasan akibat adanya kenaikan harga emas.
Adapun dengan berbagai kondisi tersebut, Josua memperkirakan neraca perdagangan pada bulan April 2020 akan mengalami surplus yang lebih kecil dari sebelumnya US$ 743 juta, menjadi US$ 660 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News