Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
Kepala Ekonom Mandiri Destry Damayanti berpendapat, ada peluang pemerintah mencatat surplus neraca perdagangan. Namun, berat terjadi.
Menurut dia, kalaupun ada perbaikan lebih pada sisi ekspor. Untuk ekspor minerba, paling tidak sudah ada kepastian tentang ekspor sehingga penurunan ekspor di bulan-bulan berikutnya setelah Maret tidak akan seperti Januari.
Pada ekspor manufaktur sendiri, adanya penguatan nilai tukar rupiah akan mempengaruhi tingkat kompetitif manufaktur tanah air. Destry menjelaskan ketika permintaan global membaik maka bukan hanya Indonesia saja yang diuntungkan namun juga negara-negara lain seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina.
Produk manufaktur Indonesia akan bersaing dengan negara-negara tetangga. "Tidak semudah itu," tandas Destry. Di sisi lain, Destry menegaskan neraca dagang migas yang masih defisit.
Bukan hanya impor minyak yang masih tinggi, namun ekspor minyak pun turun dalam. Hal ini menandakan produksi minyak dalam negeri yang semakin berkurang. Kalau tidak ada perbaikan pada neraca migas, surplus neraca non migas pun dikhawatirkan tidak mampu menutupi defisit migas.
Sebelumnya, pemerintah yakin akan mencetak surplus neraca perdagangan di April nanti, ditopang ekspor ore dan kenaikan harga komoditas. Per Januari lalu, neraca dagang Tanah Air masih defisit US$ 430,6 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News