kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pemerintah optimis neraca dagang surplus di April


Minggu, 09 Maret 2014 / 15:16 WIB
Pemerintah optimis neraca dagang surplus di April
ILUSTRASI. 8 Fakta Soal Lokasi Penobatan Raja Charles III di Westminster Abbey


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pemerintah optimis neraca dagang akan kembali surplus pada bulan April, didorong izin ekspor mineral mentah atawa ore yang keluar Maret 2014. Padahal, sampai Januari lalu, Indonesia masih mencatat defisit neraca perdagangan lantaran ekspor melempem.

Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan ijin ekspor mineral mentah atawa ore dari Kementerian Perdagangan seyogyanya dikeluarkan pada bulan Maret ini. Kalau izin ekspor sudah keluar tentu ekspor ore bisa kembali dilakukan.

"Setelah Maret neraca dagang bisa kembali surplus," ujar Bambang akhir pekan lalu. Sekedar catatan saja, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor non migas untuk bijih, kerak dan abu logam turun hingga 70,13% dibanding Desember 2013. Apabila ekspor bijih, kerak dan abu logam di Desember mencapai US$ 977 juta, di Januari 2014 hanya US$ 291,8 juta.

Inilah yang kemudian membuat kinerja ekspor Indonesia loyo di Januari. Ekspor Januari tercatat US$ 14,48 miliar atau turun 14,63% dibanding Desember 2013.

Bukan hanya soal ekspor ore saja, manufaktur pun akan menguat. Pada Januari kemarin, ekspor manufaktur alias industri tercatat sebesar US$ 9,52 miliar atau berikan porsi 65,75% dari total ekspor non migas. Sebelumnya di Januari tahun lalu, ekspor industri berikan porsi 63,41%.

Menurut Bambang, defisit neraca dagang Januari yang sebesar US$ 430,6 juta terjadi karena faktor musim saja. Januari dan Februari karena masih awal tahun sehingga pesanan ekspor belum sepenuhnya dimiliki oleh perusahaan pengekspor. Setelah itu ekspor akan kembali aktif apalagi ditambah dengan harga crude palm oil (CPO) atawa minyak kelapa sawit dan batu bara yang akan membaik. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×