kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

DPR: Impor BBM pemicu runtuhnya rupiah


Senin, 02 Desember 2013 / 13:47 WIB
DPR: Impor BBM pemicu runtuhnya rupiah
ILUSTRASI. Logo Bank Indonesia. REUTERS/Willy Kurniawan


Sumber: Kompas.co | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Ketua Komisi VI DPR RI Airlangga Hartarto menyatakan, impor bahan bakar minyak (BBM) yang besar menjadi penyebab tekanan rupiah semakin berat. Ditanya soal proyeksi konsumsi BBM subsidi pasca-mobil murah, ia pun tak bisa memprediksi pasti kenaikannya.

"Yang jelas BBM sudah menjebol kurs rupiah, apalagi yang mau dijebol?" kata Airlangga, Minggu (1/12) seperti dikutip dari Kompas.com.

Sebagaimana diberitakan, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan mobil murah untuk menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 dan menyediakan moda transportasi pribadi yang nyaman untuk segmen rakyat kecil.

Pada 2014, jumlah mobil murah yang diproduksi diperkirakan sebanyak 200.000 unit. Saat ini jumlahnya sekitar 40.000 unit. Meski hanya 3% dari produksi mobil konvensional, konsumsi BBM subsidi masih mungkin menjadi beban.

Ditambah lagi pada 2014 nanti akan banyak sekali kegiatan politik yang menggunakan BBM bersubsidi, seperti kampanye. Sementara itu, impor BBM menjadi salah satu menyebab pelemahan rupiah hingga mencapai Rp 12.000 per dollar AS.

Lambannya pembuatan kilang dan mandatori penggunaan biodiesel yang tak diperbesar membuat impor BBM semakin tinggi. Di sisi lain, produksi mobil dan sepeda motor meningkat pesat. Alhasil, PT Pertamina (Persero) perlu US$ 150 juta - US$ 200 juta per hari untuk impor BBM.

Ditanya apa yang bisa dilakukan pemerintah agar subsidi BBM tak jebol dan menekan rupiah tahun depan, politisi itu mendesak pembangunan secepatnya terhadap kilang, konversi biofuel, dan subsidi dengan fixed delta.

"Bangun refinery (kilang) secepatnya. Konversi ke biofuel dilanjutkan, prosentase (persentase) boleh dinaikkan ke 15%," ujar Airlangga.

"Subsidi diberikan pakai fixed delta saja, artinya rupiah per liter, dengan demikian tidak tergerus oleh perubahan harga internasional, ataupun tekan kurs rupiah," katanya. (Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×