Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemkeu) mengakui bahwa rencana pengenaan cukai plastik yang seharusnya keluar pada bulan ini masih terganjal, yaitu pada pembahasan antar kementerian.
Anggota Komisi XI Fraksi PDIP Hendrawan Supratikno mengatakan, pembahasan cukai plastik ini memang masih diwarnai pro-kontra.
“Teristimewa dampaknya terhadap daya beli masyarakat dan daya saing perusahaan produsen. Ini harus dicermati di tengah upaya kita ingin memelihara daya beli masyarakat dan mendorong perusahaan produsen untuk lebih berorientasi ekspor,” kata Hendrawan kepada Kontan.co.id, Senin (21/5).
Soal adanya hambatan di pembahasan antar kementerian, Hendrawan mengatakan bahwa dari pemerintah ada perspektif yang berbeda-beda. “Kementerian Perindustrian cenderung memiliki perspektif sama dengan dunia korporasi,” ujar dia.
Dirjen Bea dan Cukai Heru Pambudi mengatakan, dari Kemkeu sendiri berharap secepatnya cukai plastik kresek bisa diterapkan.
Ia melihat, secara umum, perhatian dari beberapa kementerian besar terhadap cukai bagi plastik kresek ini. Namun, tak semua kementerian terkait satu suara.
“Yang kami lihat concern-nya besar adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kemenko Maritim karena plastik ini sudah merusak laut di mana dari sungai mengalir ke laut, plastiknya dimakan ikan. Itu berbahaya,” ujar Heru pekan lalu di kantor Kemkeu.
Lebih terang, Kepala Sub Direktorat Tarif Cukai DJBC Kemenkeu Sunaryo mengatakan bahwa hambatan tersebut adanya di Kementerian Perindustrian (Kemperin). Sebab, dikhawatirkan cukai plastik juga berlaku ke barang lain, padahal hanya ke plastik kresek.
"Ya, memang ada kekhawatiran (cukai meluas selain ke plastik kresek). Pernah kantong plastik dikenakan tarif Rp200 toh jalan, tetapi nanti tidak sebesar itu,” ujar Sunaryo dalam diskusi di Jakarta, Senin (14/5).
Di internal Kemkeu sendiri, kata dia, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang cukai plastik sudah selesai dan sehingga tinggal menunggu kesepakatan antar kementerian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News