Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda memproyeksikan konsumsi rumah tangga tumbuh 4,90% hingga 4,95% pada kuartal II-2024.
Sementara, data Badan Pusat Statistik menyebutkan konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2024 tumbuh sebesar 4,91% secara tahunan.
Komponen ini masih menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran yakni mencapai 54,93% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Nailul berpendapat, konsumsi rumah tangga di kuartal II-2024 tidak akan jauh berbeda jika dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini dikarenakan ada momen Idul Fitri yang jatuh pada kuartal II-2024 di awal April, meskipun bulan Ramadan itu sendiri ada di kuartal I-2024.
Baca Juga: Makin Melaju, Kredit Perbankan Tumbuh 13,09% Per April 2024
Kemudian, ia juga menyampaikan momen Lebaran Idul Adha yang jatuh pada kuartal II-2024 tidak akan terlalu signifikan terhadap konsumsi rumah tangga.
"Namun saya melihat ada beberapa momen long weekend yang sebenarnya bisa mendorong konsumsi rumah tangga," kata Nailul kepada Kontan, Kamis (23/5).
Ia juga menyampaikan, pemerintah perlu menjaga inflasi untuk menjaga daya beli masyarakat sehingga konsumsi rumah tangga bisa terjaga dengan baik.
"Tidak menaikkan harga barang-barang yang diatur oleh pemerintah seperti BBM dan listrik," ucapnya.
Selain itu, bantuan sosial bagi masyarakat kurang mampu bisa membuat konsumsi masyarakat miskin juga terjaga.
Baca Juga: BI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 4,7%-5,5% di 2024, Ini Faktor Pendorongnya
"Kemudian, berikan stimulus ekonomi yang bisa membuat penyerapan tenaga kerja meningkat. Dengan tenaga kerja yang meningkat, konsumsi rumah tangga bisa berjalan dengan optimal," ujarnya.
Sepanjang tahun ini, lanjutnya, momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) diprediksi tidak terlalu banyak menggerakkan ekonomi. Hal ini terbukti pada akhir tahun lalu yang ternyata konsumsi rumah tangga tidak tumbuh optimal, padahal ada momen Nataru.
Selanjutnya, momen pemilihan kepala daerah (Pilkada) pada akhir tahun ini dinilai punya peluang untuk mengerek konsumsi rumah tangga.
"Tapi saya masih melihat akan terbatas dampaknya. Tidak akan berdampak besar seperti pemilu di awal tahun ini," tutupnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menyampaikan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2024 akan relatif lebih rendah jika dibandingkan pada kuartal sebelumnya.
"Meski ada Idul Adha dan liburan sekolah serta pembayaran biaya sekolah, tetapi daya ungkitnya tidak sekuat seperti Ramadan, Lebaran (Idul Fitri) dan pemilu," kata Esther kepada Kontan, Kamis (23/5).
"Apalagi ditambah adanya imported inflation karena ada kenaikan harga minyak dunia dan depresiasi rupiah terhadap dolar AS yang menggerus daya beli masyarakat," sambungnya.
Baca Juga: Ekosistem Industri Pertembakauan Minta Aturan Tembakau Dipisah dari RPP Kesehatan
Esther bilang, dengan konsumsi kuartal II-2024 yang diprediksi melandai, maka ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2024 hanya berkisar 5,05%, turun dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal sebelumnya 5,11%.
"Karena konsumsi kuartal II-2024 diprediksi rendah maka pertumbuhan ekonomi juga menurun," jelasnya.
Di samping itu, Ia juga menyarankan agar pemerintah mampu membuat kebijakan yang mampu menurunkan daya beli masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News