Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menyampaikan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2024 akan relatif lebih rendah jika dibandingkan pada kuartal sebelumnya.
"Meski ada Idul Adha dan liburan sekolah serta pembayaran biaya sekolah, tetapi daya ungkitnya tidak sekuat seperti Ramadan, Lebaran (Idul Fitri) dan pemilu," kata Esther kepada Kontan, Kamis (23/5).
"Apalagi ditambah adanya imported inflation karena ada kenaikan harga minyak dunia dan depresiasi rupiah terhadap dolar AS yang menggerus daya beli masyarakat," sambungnya.
Baca Juga: Ekosistem Industri Pertembakauan Minta Aturan Tembakau Dipisah dari RPP Kesehatan
Esther bilang, dengan konsumsi kuartal II-2024 yang diprediksi melandai, maka ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2024 hanya berkisar 5,05%, turun dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal sebelumnya 5,11%.
"Karena konsumsi kuartal II-2024 diprediksi rendah maka pertumbuhan ekonomi juga menurun," jelasnya.
Di samping itu, Ia juga menyarankan agar pemerintah mampu membuat kebijakan yang mampu menurunkan daya beli masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News