kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.555   -55,00   -0,33%
  • IDX 6.980   147,08   2,15%
  • KOMPAS100 1.012   25,10   2,54%
  • LQ45 787   21,71   2,84%
  • ISSI 220   2,17   0,99%
  • IDX30 409   11,84   2,98%
  • IDXHIDIV20 482   15,28   3,27%
  • IDX80 114   2,54   2,27%
  • IDXV30 116   2,05   1,79%
  • IDXQ30 133   4,16   3,22%

Ditekan PHK dan Pelemahan Daya Beli, Ekonomi Kuartal II Diperkirakan Seret


Rabu, 14 Mei 2025 / 14:57 WIB
Ditekan PHK dan Pelemahan Daya Beli, Ekonomi Kuartal II Diperkirakan Seret
ILUSTRASI. ANTARA FOTO/Yudi Manar/tom. Bank Permata memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 masih berada di bawah 5%, tepatnya di kisaran 4,78%.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID-JAKARTA Bank Permata memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 masih berada di bawah 5%, tepatnya di kisaran 4,78%. 

Proyeksi ini dipengaruhi oleh terbatasnya dorongan konsumsi rumah tangga, meski terdapat momentum Ramadan dan Lebaran pada awal April.

Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede, menjelaskan bahwa efek musiman dari mudik dan libur panjang pada April dan Mei tidak mampu mendorong konsumsi secara signifikan. 

"Mungkin kalau kita lihat beberapa hari libur di Mei dan Juni akan ada efeknya buat konsumsi. Tapi memang itu tidak begitu signifikan," ujar Josua dalam Media Briefing di Jakarta, Rabu (14/5).

Ia menyoroti masih lemahnya daya beli masyarakat, yang ditandai oleh penurunan penjualan kendaraan baru dan maraknya peralihan konsumen ke pasar mobil bekas.

Selain itu, tren pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor manufaktur padat karya juga cukup besar, sehingga belum mampu mendongkrak konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2025.

Josua juga menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja oleh pemerintah untuk menjaga daya beli, khususnya di kalangan kelas menengah yang tidak mendapat bantuan sosial (bansos). 

Baca Juga: Peluang Ekonomi Indonesia dari Kesepakatan Penurunan Tarif Impor AS dan China

Stabilitas harga pangan, layanan publik, dan transportasi dinilai menjadi faktor krusial dalam menahan penurunan konsumsi.

"Kami tetap melihat bahwa yang lebih terpenting adalah bagaimana pemerintah bisa menciptakan lapangan pekerjaan dalam jumlah yang besar," katanya.

Dari sisi investasi, Josua menyoroti perlambatan pada investasi bangunan sebagai sinyal bahwa kebijakan efisiensi anggaran, terutama pemangkasan anggaran infrastruktur, perlu dikaji ulang. 

Senada, Head of Macroeconomic and Financial Market Research Faisal Rachman, menambahkan bahwa shifting waktu Ramadan dan Lebaran ke kuartal I tahun ini turut menekan pertumbuhan konsumsi pada kuartal II. 

Berbeda dengan tahun lalu, saat Ramadan masih berlangsung di awal kuartal II, tahun ini seluruh bulan puasa berada pada kuartal I.

Hal ini menyebabkan efek dorongan konsumsi dari Ramadan lebih terasa pada kuartal sebelumnya.

"Apalagi kita lihat kan data-data yang terkait dengan mudik itu menunjukkan penurunan ya di tahun ini.Jadi memang householdnya itu kemungkinan akan tertahan," katanya.

Namun, Faisal menambahkan bahwa masih banyak hari libur pada kuartal II yang bisa memberikan sedikit stimulus bagi konsumsi, walau dampaknya diperkirakan tidak terlalu besar.

Keduanya sepakat bahwa respons kebijakan pemerintah ke depan perlu mempertimbangkan kondisi domestik yang tengah menghadapi tekanan, khususnya di pasar tenaga kerja dan sektor konsumsi. 

Baca Juga: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal 2 Melalui Gaji ke-13 dan Idul Adha

Selanjutnya: Saddil Ramdani Gabung Persib Bandung? Cek Profil Saddil Ramdani

Menarik Dibaca: Balik Arah, Harga Emas Global Turun sebab Perang Tarif Mereda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×