Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah ekonom memprediksi inflasi pada bulan September 2022 akan lebih tinggi dibandingkan bulan Agustus 2022. Tingginya inflasi ini tak terlepas dari keputusan pemerintah mengerek harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di bulan September.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan inflasi pada September akan sebesar 1,12% secara bulanan atau month to month (mtm) dan sebesar 5,9% secara tahunan atau year on year (yoy), alias naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 4,69% yoy.
Menurutnya, peningkatan inflasi tersebut dipengaruhi oleh kenaikan inflasi harga diatur pemerintah dan inflasi inti. Inflasi harga diatur pemerintah diperkirakan meningkat signifikan didorong oleh kenaikan harga BBM, diantaranya solar sebesar 32%, Pertalite, 30,7% dan Pertamax 16%, yang pada awal bulan September yang merupakan efek putaran pertama dari kenaikan harga BBM.
“Sementara itu, kelompok harga bergejolak cenderung mengalami deflasi terindikasi dari tren penurunan rata-rata harga dari sebagian komoditas pangan,” tutur Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (30/9).
Baca Juga: Gejolak Geopolitik Internasional Bisa Tekan Industri Kosmetik dan Farmasi Indonesia
Kelompok harga bergejolak yang mengalami deflasi tersebut diantaranya, bawang merah yang mengalami deflasi -17,1% mtm, minyak goreng -3,5% mtm, cabai merah -5% mtm, cabai rawit, -3,4% mtm, bawang putih -1% mtm, daging ayam -0,9% mtm dan daging sapi -0,1% mtm. Sementara itu beberapa komoditas pangan penyumbang inflasi antara lain beras 1,6% mtm dan telur ayam 0,1% mtm.
Kemudian, Josua juga memperkirakan inflasi inti akan meningkat menjadi 3,59% yoy dari bulan sebelumnya 3,04% yoy, yang mana merupakan efek putaran kedua dari kenaikan harga BBM.
Lebih lanjut, inflasi pada September hingga November diperkirakan menjadi puncak inflasi pada tahun 2022 sejalan dengan efek putaran ke dua yang juga berpotensi mempengaruhi inflasi inti dan inflasi harga bergejolak.
Baca Juga: Masa Kelam Perusahaan Teknologi Global Masih Berlanjut
“Sementara inflasi hingga akhir tahun diperkirakan berkisar 6% hingga 7% yoy,” imbuhnya.
Dihubungi secara terpisah, Analis Bank Danamon Irman Faiz njuga sepakat kenaikan harga BBM dan penyesuaian tarif angkutan antar kota akan mendorong inflasi pada September lebih tinggi lagi.
Ia memperkirakan inflasi pada periode tersebut akan sebesar 1,12% mtm dan 5,9% yoy. Selain didorong kenaikan harga BBM beberapa komoditas makanan juga menurutnya terlihat masih meningkat harganya sehingga turut berkontribusi menyumbang inflasi.
Adapun, Faiz menyebut kenaikan harga BBM pada September ini merupakan efek perputaran pertama, yang mana harga naik akibat dampak langsung kenaikan bbm sendiri.
Baca Juga: Beda Kalkulator Pertumbuhan Ekonomi Presiden, Menkeu, dan BI, Tapi Semua Optimistis
“Untuk efek putaran keduanya atau dampak tidak langsung kami melihat akan segera juga terjadi, sehingga dengan kenaikan BBM yang diikuti kenaikan biaya transportasi dan logistik perusahaan manufaktur akan turut menyesuaikan harga, ” kata Faiz.
Lebih lanjut, Faiz memperkirakan inflasi sepanjang tahun 2022 akan ada di kisaran 6,5%. Menurutnya puncak kenaikan inflasi diperkirakan akan ada di kuartal I 2023. Kemudian baru mulai akan menurun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News