kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   16.000   0,85%
  • USD/IDR 16.220   -29,00   -0,18%
  • IDX 6.915   -12,32   -0,18%
  • KOMPAS100 1.007   -0,64   -0,06%
  • LQ45 771   -2,07   -0,27%
  • ISSI 227   0,47   0,21%
  • IDX30 397   -1,97   -0,49%
  • IDXHIDIV20 459   -2,95   -0,64%
  • IDX80 113   -0,11   -0,10%
  • IDXV30 114   -0,70   -0,61%
  • IDXQ30 128   -0,64   -0,49%

Penurunan Harga Minyak Global Berpotensi Buka Ruang Fiskal


Minggu, 08 Juni 2025 / 21:15 WIB
Penurunan Harga Minyak Global Berpotensi Buka Ruang Fiskal
ILUSTRASI. REUTERS/Pascal Rossignol. CORE Indonesia menilai potensi penurunan harga minyak global di bawah asumsi makro APBN 2025 bisa menciptakan ruang fiskal yang cukup signifikan.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID-JAKARTA Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai bahwa potensi penurunan harga minyak global di bawah asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 bisa menciptakan ruang fiskal yang cukup signifikan bagi pemerintah.

Hal ini dikarenakan secara struktural, sensitivitas belanja terhadap perubahan asumsi makro, termasuk harga minyak, bisa lebih besar dibandingkan penerimaan.

"Jika harga minyak global ke depan memang lebih rendah dari asumsi makro APBN 2025, saya melihat ada potensi terciptanya ruang fiskal yang cukup berarti," ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Minggu (8/6).

Yusuf menjelaskan bahwa meski penurunan harga minyak bisa menurunkan penerimaan negara dari sektor migas, penghematan di sisi belanja, terutama subsidi energi, berpotensi lebih besar. 

Baca Juga: Penurunan Harga Minyak Global Beri Dampak Ganda bagi APBN 2025

"Dengan kata lain, penurunan harga minyak bisa menciptakan selisih fiskal positif," katanya.

Ia menambahkan, jika harga realisasi minyak global berada di bawah asumsi Indonesia Crude Price (ICP) yang ditetapkan dalam APBN, dan faktor-faktor lain tidak berubah secara signifikan (ceteris paribus), maka ruang fiskal yang muncul sebaiknya dimanfaatkan secara strategis.

Dalam pandangannya, pemerintah memiliki peluang untuk melakukan penyesuaian kebijakan fiskal secara lebih fleksibel, baik dalam penguatan spending yang produktif maupun penyesuaian target defisit.

"Ruang fiskal yang terbuka bisa digunakan, misalnya, untuk memperkuat investasi publik di sektor prioritas, memperluas program bantuan sosial yang adaptif, atau mengakselerasi program transisi energi," jelas Yusuf.

Namun demikian, ia mengingatkan pentingnya kehati-hatian dalam memanfaatkan peluang ini. Menurutnya, pemerintah tetap perlu berhati-hati dalam merancang ulang kebijakan fiskal, karena harga komoditas bersifat volatil dan bisa berubah cepat.

"Jadi, meskipun penurunan harga minyak saat ini menciptakan ruang, manajemen fiskal tetap harus disiplin dan antisipatif agar momentum ini tidak berbalik menjadi risiko di kemudian hari," pungkasnya.

Baca Juga: Harga Minyak Naik Setelah AS dan China Sepakat Lanjutkan Pembicaraan Dagang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×