Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kepala Makroekonomi dan Keuangan Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Muhammad Rizal Taufikurahman memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal III 2025 di kisaran 5,0%–5,2%, atau naik tipis dari realisasi Kuartal II sebesar 5,12%.
Meski begitu, menurut Rizal kenaikan ini bukan karena peningkatan daya dorong struktural, melainkan akibat efek siklus fiskal dan konsumsi jangka pendek.
"Ekonomi tumbuh karena didorong, bukan karena menguat. Belanja pemerintah yang ekspansif dan stabilitas harga pangan memang memberi ruang bagi konsumsi, tapi daya beli masyarakat menengah-bawah belum benar-benar pulih,” ujar Rizal kepada Kontan, Minggu (2/11/2025).
Rizal menilai, pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III lebih mencerminkan stabilitas nominal ketimbang peningkatan produktivitas riil. Faktor utama pendorong pertumbuhan, kata dia, masih bersifat sementara dan berasal dari luar sektor riil.
Baca Juga: Konsumsi Melemah, Ekonom Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Tumbuh Sekitar 4,9% sampai 5%
Dari sisi eksternal, ekspor masih menopang karena harga komoditas mineral dan energi bertahan. Sementara hilirisasi mulai memberi kontribusi, meski terbatas pada subsektor tertentu seperti nikel dan CPO. Di sisi lain, belanja pemerintah menjelang akhir tahun fiskal menjadi motor utama konsumsi domestik, bukan peningkatan investasi swasta.
“Data pembentukan modal tetap bruto (PMTB) belum menunjukkan lonjakan berarti. Sektor swasta masih menahan ekspansi karena ketidakpastian global dan suku bunga kredit yang tinggi. Mesin pertumbuhan masih dipacu dari atas, bukan tumbuh dari dinamika pasar,” jelasnya.
Secara struktural, Rizal menilai fundamental ekonomi belum bertransformasi ke arah pertumbuhan produktif. Kontribusi sektor manufaktur masih stagnan di kisaran 18%–19% terhadap PDB, sementara sektor padat karya seperti tekstil, sepatu, dan elektronik masih tertekan ekspor yang lemah serta upah riil yang stagnan.
Baca Juga: Arah Pertumbuhan Ekonomi Tak Solid, Indonesia Perlu Dorong Investasi
Jika tren ini berlanjut, Rizal memperingatkan Indonesia berisiko masuk ke fase stabilitas tanpa kemajuan, di mana pertumbuhan 5% tidak lagi mencerminkan peningkatan kesejahteraan atau perluasan basis produksi.
“Ekonomi terlihat tangguh di permukaan, tapi rapuh di bawah karena produktivitas belum dibenahi,” ujarnya.
Ke depan, Rizal menekankan pentingnya pemerintah menggeser fokus dari pertumbuhan nominal ke pertumbuhan struktural, dengan memperbaiki efisiensi belanja publik, memperluas basis pajak produktif, mempercepat integrasi rantai nilai industri, dan memperkuat investasi domestik.
“Tanpa reformasi produktivitas dan kualitas belanja, ekonomi Indonesia berpotensi masuk ke jebakan stagnasi struktural. Pertumbuhan Kuartal III boleh stabil, tapi stabilitas tanpa reformasi hanyalah pelambatan,” tutup Rizal.
Selanjutnya: Prudential: Masukan Penasihat Medis Bisa Membantu dalam Penyusunan Produk
Menarik Dibaca: Sinopsis The Manipulated saat Ji Chang Wook & D.O. Adu Akting di Drakor Baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


 










