kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Dibayangi Gejolak Global, Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa Lebih Rendah dari Perkiraan


Minggu, 04 Desember 2022 / 21:40 WIB
Dibayangi Gejolak Global, Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa Lebih Rendah dari Perkiraan


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 lebih rendah dari perkiraan karena gejolak perekonomian global. 

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo tak menampik, gejolak ekonomi global memengaruhi kondisi ekonomi Indonesia tahun depan. Terlebih, Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbuka. 

“Kita negara open economy, sehingga tidak mungkin tidak ada dampak pada Indonesia. Terlihat dari pertumbuhan 2023 yang lebih rendah dari perkiraan semula,” tutur Dody, Jumat (2/12). 

BI meyakini pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 bergerak di kisaran 4,5% hingga 5,3% secara tahunan (year on year/YoY). Namun, akan melambat ke titik tengah kisaran sasaran. 

Baca Juga: BI: Kombinasi Pandemi dan Perang Tingkatkan Gejolak Global

Bahkan, Gubernur BI Perry Warjiyo pernah mengungkapkan pada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI soal perhitungan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 hanya di kisaran 4,37% YoY karena ketidakpastian ini.

Dampak ketidakpastian global ini akan memengaruhi kinerja ekspor Indonesia, karena penurunan permintaan negara mitra dagang. Terlebih, ekspor merupakan salah satu komponen pertumbuhan ekonomi. 

Meski begitu, Dody optimistis kondisi ini tak sampai menggeret Indonesia ke jurang resesi. Pasalnya, meski ekspor mungkin melambat, komponen pertumbuhan ekonomi lain tetap solid. 

Pertama, konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan bangkit seiring dengan mobilitas masyarakat yang relatif kembali ke pra pandemi Covid-19. Kedua, aliran modal asing tetap masuk dari ekspor, walaupun tak sebesar tahun 2021 dan 2022. 

“Neraca perdagangan masih surplus,” terang Dody. 

Ketiga, inflasi yang sudah dalam tren melambat. Dengan demikian, daya beli masyarakat relatif terjaga sehingga bisa mendorong konsumsi rumah tangga. 

Baca Juga: Ekonom Menilai BI Tepat Implementasikan Rupiah Digital Secara Bertahap

Dody berbangga, kondisi ini akibat koordinasi dan sinergi dari BI dan pemerintah. Berbagai bauran kebijakan yang dikerahkan oleh kedua otoritas mampu mendorong pertumbuhan Indonesia tetap berdaya. 

“Kuncinya sinergi, kolaborasi, dan inovasi. Jangan bergerak sendiri. Gandeng teman (otoritas) lain untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya. 

Lebih lanjut, Dody pun memperkirakan sejumlah negara yang akan jatuh ke jurang resesi di tahun depan. Antara lain Amerika Serikat (AS), negara-negara di Eropa, dan sebagian negara berkembang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×