kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.496.000   5.000   0,34%
  • USD/IDR 15.500   15,00   0,10%
  • IDX 7.735   86,10   1,13%
  • KOMPAS100 1.202   10,90   0,91%
  • LQ45 959   9,37   0,99%
  • ISSI 233   1,70   0,73%
  • IDX30 492   5,97   1,23%
  • IDXHIDIV20 591   7,28   1,25%
  • IDX80 137   1,31   0,97%
  • IDXV30 143   0,56   0,39%
  • IDXQ30 164   1,93   1,19%

Demokrat dianggap ikuti jejak rezim Orde Baru


Minggu, 30 Juni 2013 / 14:23 WIB
Demokrat dianggap ikuti jejak rezim Orde Baru
ILUSTRASI. Aktivitas pekerja PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGN).


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dinilai mengikuti gaya orde baru. Hal itu terlihat dengan mengajak bergabung adik iparnya yang juga mantan KSAD Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo ke dalam Partai Demokrat.

Pramono langsung mendapat posisi strategis sebagai Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat. "Ini skenario politik yang terlalu mudah dibaca. Khas gaya Orde Baru. Menaikkan pamor keluarga melalui mekanisme promosi nepotisme yang ketat. Hanya saja, di era reformasi ini dibuat sedikit bumbu-bumbu demokrasinya," kata Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti ketika dihubungi Tribunnews.com, Minggu (30/6/2013).

Bumbu demokrasi itu dilihat dengan konvensi yang dilakukan oleh Demokrat. Ia mengatakan agar masyarakat tidak menilai adanya pewarisan kekuasaan seperti nepotisme, maka dibuatlah konvensi.

"Nanti dalam konvensi itu akan dibuat aturan sistem dan tekhnik penilaian atau pemilihan yang pada ujungnya hanya akan menuju memuluskan calon yang dimaksud. Ini gaya yang kita semua sudah hapal," kata Ray.

Ia mempertanyakan sikap SBY yang tidak mencerminkan seseorang yang menjunjung tinggi semangat kompetensi. "Dalam bahasa lain bagaimana kita percaya bahwa konvensi akan berjalan demokratis di tangan orang yang meluluhlantakkan sendiri prinsip-prinsip demokrasi itu di dalam partainya," ujar Ray.

Ray melihat Partai Demokrat tidak ubahnya seperti wadah bagi keluarga SBY. "Bahwa yang bersangkutan sebagai ketua umum, sekaligus ketua dewan pembina, anaknya sekjen partai, dan kerabatnya yang lain di posisi strategis lain di dalam parpol, dan kini memasukkan iparnya sebagai anggota dewan pembina tanpa pertimbangan dan mekanisme yang jelas dan terukur di dalam peraturan partai," tuturnya.

Ray mengungkapkan sejak awal ia tidak respek terhadap rencana konvensi Demokrat untuk mengusung calon presiden di Pemilu 2014.

"Ide ini terlalu berat untuk satu parpol yang struktur dan perilaku politik di dalamnya tidak mencerminkan kepatuhan pada prinsip-prinsip pengelolaan partai yang modern dan demokratis. Dan perlahan, kita mulai melihat hal-hal lucu ini. Mengadopsi gaya Soeharto dalam mengkarbit dan mengorbitkan anak-anak dan kerabatnya di dalam politik," tuturnya.

Sumber: Tribunnews.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×