CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.513.000   -30.000   -1,94%
  • USD/IDR 15.740   98,00   0,62%
  • IDX 7.244   -140,01   -1,90%
  • KOMPAS100 1.117   -21,26   -1,87%
  • LQ45 887   -14,43   -1,60%
  • ISSI 220   -4,35   -1,94%
  • IDX30 457   -6,42   -1,38%
  • IDXHIDIV20 554   -6,30   -1,12%
  • IDX80 128   -2,00   -1,53%
  • IDXV30 139   -0,11   -0,08%
  • IDXQ30 153   -1,86   -1,20%

Deflasi 4 Bulan Beruntun, Indef Desak BI Turunkan Suku Bunga


Senin, 16 September 2024 / 14:22 WIB
Deflasi 4 Bulan Beruntun, Indef Desak BI Turunkan Suku Bunga
ILUSTRASI. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mendorong agar Bank Indonesia (BI) segera menurunkan suku bunga acuan atau BI rate yang saat ini berada di level 6,25%, untuk menghindari terjadinya deflasi berkepanjangan.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mendorong agar Bank Indonesia (BI) segera menurunkan suku bunga acuan atau BI rate yang saat ini berada di level 6,25%, untuk menghindari terjadinya deflasi berkepanjangan.

Sebagaimana yang sudah diketahui, indeks harga konsumen (IHK) mengalami deflasi selama empat bulan beruntun, yakni sejak Mei hingga Agustus 2024.

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti menyampaikan, deflasi biasanya terjadi karena bank sentral mengurangi jumlah uang beredar yang ada di pasar dan menaikkan tingkat suku bunga.

Ia juga menilai, deflasi yang terjadi beruntun selama berbulan-bulan, merupakan tanda krisis ekonomi akan terjadi. Masalahnya, deflasi juga terjadi di tengah daya beli masyarakat yang sedang turun.

Baca Juga: Ruang Pemangkasan Suku Bunga Terbuka, Tapi BI Diminta Lebih Hati-Hati

Daya beli masyarakat menurun karena, upah yang mereka terima tidak sebanding dengan kenaikan inflasi.

“Kita minta otoritas moneter melakukan intervensi, dengan menurunkan suku bunga, menggunakan instrumen moneter lain seperti giro wajib minimum. Kemudian dorong kredit yang selama ini tidak terjadi. Karena sektor perbankan lebih suka menyimpan aset portofolio nya di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),” tutur Eshter dalam agenda Melanjutkan Kritisisme Faisal Basri: Memperkuat Masyarakat Sipil, Mengawasi Kekuasaan, Minggu (15/9).

Esther mencontohkan, deflasi beruntun pernah terjadi pada tahun 1999, 2008, 2020 lalu, yang juga menjadi alarm tanda krisis ekonomi.

Deflasi pada 1999 terjadi selama tujuh bulan beruntun atau dari Maret-September 1999. Pada tahun tersebut terjadi deflasi merupakan bagian dari proses pemulihan krisis moneter 1998.

Selanjutnya, pada 2008 sekitar Desember-Januari 2009, dan pada 2020 terjadi tiga bulan beruntun atau pada Juli hingga September 2024.

“Pada tahun-tahun tersebut ketika terjadi deflasi berbulan-bulan karena ada krisis. Nah kita harus waspada, sekarang ini empat bulan beruntun terjadi deflasi. Artinya kondisi ekonomi sedang berkontraksi,” ungkapnya.

Selanjutnya: Pemerintahan Baru Thailand Minta Bank of Thailand Pangkas Bunga

Menarik Dibaca: Hati-Hati, Berikut ini Jenis Penipuan di Sektor Kripto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×