Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menghimbau Bank Indonesia (BI) untuk segera memangkas suku bunga acuan atau BI-rate. Hal ini sejalan dengan tensi perekonomian global yang mulai membaik.
Direktur Pengembangan Big Data Indef Eko Listiyono menilai, BI tak harus selalu menunggu kabar dari negara-negara maju terlebih dahulu untuk mengambil keputusan dari kebijakan moneternya.
Saat ini perkembangan ekonomi Amerika Serikat (AS) sudah memberikan sinyal kuat bahwa, The Fed akan menurunkan suku bunga atau Fed Fund Rate (FFR) yang diperkirakan akan berlangsung pada September ini.
“Tidak ada masalah kita memulai kebijakan moneter yang lebih ekspansif, tentu dengan mempertimbangkan dinamika global,” tutur Eko dalam agenda Diskusi Publik - Moneter dan Fiskal Ketat, Daya Beli Melarat, Kamis (12/9).
Baca Juga: Daya Beli Masyarakat Sedang Turun, Pembatasan Subsidi BBM Dinilai Kurang Tepat
Eko menilai, masyarakat memerlukan segera penurunan BI-rate untuk meyakinkan kepastian ekonomi kedepannya. Sektor riil butuh sinyal relaksasi moneter untuk memulai ekspansi kedepannya.
“Saat ini kan BI menyampaikan moneternya masih ditahan Bi-rate nya (di level 6,25%). Tetapi kan yang pro growth dilakukan melalui kebijakan makroprudensial. Bagi saya makroprudensial tidak cukup, sehingga butuh kepastian lagi tentang sinyal relaksasi moneter, sehingga dari sini harus dimulai dari bunga acuan adalah BI rate,” tambahnya.
Ia khawatir, apabila BI menunda-nunda untuk menurunkan suku bunganya, maka dikhawatirkan akan menghilangkan momentum.
Disamping itu, penurunan suku bunga BI juga bisa menghambat tanda-tanda pertumbuhan ekonomi yang melambat, serta menyambut transisi kepemimpinan dengan optimisme perekonomian.
Untuk diketahui, BI akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 18 September 2024 ini. Pada momentum tersebut BI akan mengumumkan terkait keputusan kebijakan moneternya.
Baca Juga: PPN Naik Jadi 12%, Indef Perkirakan Perekonomian RI Akan Mengalami Kontraksi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News