Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada tahun ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun 2017. Dengan pertumbuhan impor yang lebih tinggi dibandingkan ekspor, Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan sampai akhir tahun 2018 berada di kisaran 2%–2,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Angka perkiraan itu lebih tinggi dibandingkan realisasi defisit transaksi berjalan tahun 2017 yang ada di angka 1,7% dari PDB atau senilai US$ 17,3 miliar. Namun jika dibandingkan proyeksi sebelumnya yang 2%–2,5% PDB, perkiraan itu lebih rendah.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, membengkaknya defisit transaksi berjalan tahun ini disebabkan karena pertumbuhan impor lebih besar dibandingkan pertumbuhan ekspor. Kenaikan impor mulai terjadi pada Januari 2018.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Januari 2018 mencapai US$ 15,13 miliar, naik 0,26% dibanding bulan sebelumnya. Sedang dibandingkan periode sama 2017, tumbuh signifikan 26,44% year on year (YoY).
Sementara itu, nilai ekspor Januari 2018 tercatat US$ 14,45 miliar, turun tipis 2,81% dibanding bulan sebelumnya dan tumbuh 7,86% YoY. Selisih itu membuat neraca perdagangan Januari 2018 defisit US$ 670 juta.
"Ada akselerasai impor, terutama barang-barang terkait capital goods, raw material, itu menjadi support dari data kredit BI yang menunjukkan adanya kenaikan investasi," jelas Mirza, pekan lalu. Walau naik, Mirza bilang defisit transaksi berjalan Indonesia masih dalam level yang sehat.
BI mencatat, kinerja neraca transaksi berjalan memang selalu mencatatkan angka defisit sejak tahun 2012. Kondisi ini sebenarnya berdampak negatif terhadap perekonomian, terutama kurs rupiah. Defisit adanya transaksi berjalan, menandakan lebih banyak dollar yang keluar daripada yang masuk ke Indonesia.
Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan, impor sepanjang tahun ini akan meningkat pesat lantaran ekonomi yang akan tumbuh lebih cepat. Dia memperkirakan ekonomi Indonesia tahun ini akan tumbuh 5,3%, lebih tinggi dibanding tahun lalu yang 5,07%. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka, "Kebutuhan impor bahan baku dan barang modal juga akan semakin tinggi," terang Dendi.
Dendi juga memperkirakan, nilai ekspor sepanjang 2018 akan meningkat. Namun, peningkatan ekspor diperkirakan lebih lambat dibanding tahun 2017. Penyebabnya, kenaikan harga komoditas tahun ini tidak sebesar tahun lalu.
Tim ekonom Bank Mandiri pun memperkirakan CAD tahun ini akan melebar dibanding tahun lalu, lebih dari 2% dari PDB. "Surplus neraca perdagangan 2018 masih meningkat, tetapi makin kecil dibanding 2017," kata Dendi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News