kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Defisit transaksi berjalan Q1 2017 bakal 2% kurang


Senin, 20 Maret 2017 / 18:26 WIB
Defisit transaksi berjalan Q1 2017 bakal 2% kurang


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Tren membaiknya defisit tansaksi berjalan atau current accout deficit (CAD) yang terjadi sejak kuartal ketiga tahun lalu diperkirakan akan berlanjut. Pada kuartal pertama tahun ini, CAD diperkirakan akan kembali berada di bawah angka 2% dari produk domestik bruto (PDB), terutama karena surplus neraca perdagangan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan selama dua bulan pertama tahun ini mencatat surplus sebesar US$ 2,75 miliar. Surplus tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2016 hanya US$ 1,15 miliar.

Surplus tersebut diperkirakan akan berlanjut hingga bulan ini. Asisten Direktur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, hal tersebut bisa mendorong perbaikan CAD.

"CAD kuartal pertama 2017 bisa di bawah 2% dari PDB," kata Dody kepada KONTAN, Rabu (20/3).

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga demikian. Ia mengatakan, peluang defisit transaksi berjalan yang membaik di tiga bulan pertama tahun ini cukup besar. Ia melihat, ekspor di Maret ini masih akan mencatatkan kinerja yang baik sejalan dengan harga beberapa komoditas andalan ekspor Indonesia masih tinggi, meski ada sedikit koreksi di bulan ini karena kenaikan di akhir tahun yang cukup signifikan.

Misalnya, pada komdoitas energi berupa minyak dan gas; komditas non energi berupa CPO, batubara, dan karet; serta komoditas mineral berupa tembaga dan nikel.

Di sisi lain, David melihat kinerja impor masih karena pelaku usaha masih melihat dan menunggu (wait and see) atas proyek-proyek pemerintah dan belanja pemerintah. Tak hanya itu, pelaku usaha juga masih wait and see terkait dengan kondisi eksternal, khususnya geopolitik Eropa.

David juga memperkirakan defisit neraca jasa diperkirakan membesar seiring dengan perbaikan kinerja perdagangan internasional tersebut. Namun di sisi lain, ia melihat neraca pendapatan primer membaik karena pembayaran bunga utang tidak terlalu besar. Begitu juga dengan perbaikan negara pendapatan sekunder karena pendapatan personal dari tenaga kerja Indonesia (TKI) yang belum banyak berubah.

"Saya pikir CAD kuartal pertama bisa ke arah di bawah 2% dari PDB sehingga CAD bukan menjadi isu lagi," kata David.

Perbaikan CAD tersebut lanjut David seharusnya dijadikan peluang bagi pemerintah untuk lebih mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri melalui sektor infrastruktur dan manufaktur.

"Karena yang butuh impor barang modal atau bahan baku tidak ada maslaah, karena posisi CAD jauh membaik dibanding 2014," tambah David.

Ekonom Maybank Indonesia Juniman juga memproyeksi surplus neraca perdagangan akan kembali berlanjut di kuartal pertama tahun ini. Hal itu mendorong posisi CAD berpeluang berada di bawah 2% dari PDB.

Dengan demikian, neraca eksternal Indonesia menunjukkan perbaikan dan mendorong investor untuk menempatkan dananya di pasar keuangan dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×