Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Membaiknya defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) tidak serta merta menyelesaikan permasalahan CAD Indonesia. Bank Indonesia (BI) melihat masih ada dua tantangan menuju CAD yang lebih baik lagi.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, CAD tahun 2016 di bawah US$ 17 miliar atau 1,8% dari produk domestik bruto (PDB), lebih baik dibanding tahun 2015 yang sebesar US$ 17,8 miliar atau 2,06% dari PDB
Agus juga memperkirakan, CAD tahun 2017 sekitar 2,4% dari DPB, yang juga lebih baik dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 2,5%-2,6% dari PDB.
Meski neraca perdagangan yang membaik dan mendorong perbaikan CAD, Agus melihat dua hal yang masih akan menjadi tantangan CAD ke depan. "Tantangan di Indonesia adalah neraca pendapatan dan neraca jasa," kata Agus, Jumat (20/1).
Neraca jasa merupakan transaksi penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan jasa-jasa kargo dan jasa perjalanan. Sementara neraca pendapatan merupakan transaksi penerimaan dari artribusi pendapatan investasi langsung dan pengeluaran pembayaran bunga pinjaman luar negeri.
Baik neraca jasa maupun neraca pendapatan, memang menjadi langganan penyumbang defisit transaksi berjalan. Menilik data BI lima tahun ke belakang, neraca jasa tahun 2011-2015 selalu mencatat defisit sekitar US$ 8 miliar-US$ 11 miliar. Sementara neraca pendapatan 2011-2015 juga selalu mencatat defisit sekitar US$ 25 miliar-US$ 29 miliar.
Pada tahun 2016, neraca jasa dan neraca pendapatan kembali mencatat defisit. Agus menyebut, neraca jasa 2016 mencatat defisit sebesar US$ 6 miliar. Sementara neraca pendapatan 2016 mencatat defisit US$ 30 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News