Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Minyak menjadi salah satu masalah pelik dalam struktur perekonomian Indonesia. Di satu sisi, minyak menjadi kebutuhan utama masyarakat dan di sisi lain jadi penyebab bobolnya bujet anggaran setiap tahunnya.
Kali ini dalam laporan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) di 2013, terlihat neraca minyak alami defisit sebesar US$ 22,48 miliar. Nilai ini melonjak naik 9,98% dibanding tahun 2012 yang sebesar US$ 20,44 miliar.
Tercatat, impor minyak selama 2013 adalah US$ 40,37 miliar. Sedangkan ekspornya hanya US$ 17,89 miliar. Ahasil defisitnya capai US$ 22,48 miliar.
Menilik lebih dalam memang ada penurunan defisit migas di triwulan IV 2013. Di triwulan terakhir ini defisit migas sebesar US$ 5,35 miliar atau turun 5,47% dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar US$ 5,66 miliar.
"Perlu ada penghematan bahan bakar minyak (BBM)," ujar Kepala Departemen Statistik Bank Indonesia (BI) Hendy Sulistiowati dalam paparan NPI di Jakarta, Jumat (14/2).
Penghematan BBM ini penting dilakukan agar impor minyak bisa berkurang. Otomatis defisit minyak pun bisa mengecil.
Inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab neraca transaksi berjalan Indonesia terus mengalami defisit. Di 2013 tercatat defisitnya mencapai US$ 28,45 miliar atau 3,26% dari PDB.
Defisit 2013 ini lebih baik dari perkiraan BI sebelumnya yang memperkirakan defisit mencapai US$ 32 milar atau 3,5% dari PDB. Perbaikan defisit ini terjadi karena sumbangan surplus non migas yang mencapai US$ 15,85 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News