Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pemerintah segera merealisasikan paket kebijakan pengamanan defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dan nilai tukar rupiah. Meski begitu, CAD dan mata uang garuda masih rawan ancaman. Ancaman itu datang antara lain dari defisit neraca perdagangan jasa yang berpotensi membesar tahun ini.
Maklum, defisit neraca perdagangan jasa merupakan penyumbang utama CAD. Bank Indonesia (BI) mencatat, CAD tahun lalu sebesar US$ 26,23 miliar. Sedang defisit neraca dagang jasa selama 2014 mencapai US$ 10,5 miliar.
Memang, ketimbang 2013 yang sebesar US$ 12,07 miliar, defisit neraca perdagangan jasa turun. Cuma, penurunan itu bukan lantaran ada strategi khusus pemerintah, lebih karena kinerja ekspor dan impor yang melesu sehingga kegiatan distribusi barang antarnegara kurang darah.
Sebab, selama ini jasa transportasi barang seperti bisnis kargo merupakan penyumbang utama defisit neraca perdagangan jasa kita. Sementara jasa asuransi dan dana pensiun hanya berkontribusi sedikit.
Nah, tahun ini pembangunan infrastruktur, berpeluang mengerek impor bahan baku proyek. Pembayaran jasa kargo dan logistik ke luar negeri bisa bertambah tinggi. Walhasil, defisit neraca jasa berpeluang makin lebar.
Makanya, "Hanya reasuransi yang tercepat mengurangi defisit neraca perdagangan jasa," kata Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan, kemarin.
Sebagai upaya antisipasi potensi lonjakan defisit neraca jasa tersebut, pemerintah berniat membentuk perusahaan reasuransi plat merah. Rencana ini juga masuk dalam paket ekonomi terbaru.
Perusahaan reasuransi akan bermanfaat ganda. Selain mendukung industri asuransi, juga membantu industri pelayaran. Info saja, setiap jasa pelayaran antarnegara membutuhkan perlindungan asuransi dan selama ini sektor itu dikuasai pemain asing.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarmo menjelaskan, upaya pembentukan perusahaan reasuransi itu dengan cara menggabungkan tiga perusahaan asuransi milik pemerintah, salah satunya PT Reasuransi Indonesia. Merger ini akan dilakukan pada tahun ini supaya tahun depan sudah terasa manfaatnya.
Hanya, David Sumual, ekonom BCA, mengingatkan, pembentukan perusahaan reasuransi akan sukses jika didukung iklim usaha yang baik. Dia menyarankan pemerintah membuat regulasi ekstra lantaran pasar reasuransi saat ini dikuasai asing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News