kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   18.000   0,88%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

Defisit anggaran pemerintah berpotensi membengkak


Selasa, 21 April 2015 / 18:49 WIB
Defisit anggaran pemerintah berpotensi membengkak
ILUSTRASI. Industri rokok elektrik atau vape lewat kuartal 3 tahun ini mengalami peningkatan realisasi investasi.. KONTAN/Baihaki/16/01/2023


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Permasalahan pajak yang rendah menjadi persoalan krusial untuk anggaran tahun ini. Pemerintah mematok defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 sebesar 1,9% dari PDB.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai anggaran pemerintah tahun ini berpotensi menuai permasalahan. Pajak yang rendah sedangkan realisasi belanja yang akan meningkat meskipun tidak maksimal 100% menyebabkan defisit anggaran berpotensi membengkak.

Pilihannya ada dua yaitu menambah utang baru atau mengurangi belanja. Menambah utang baru di tengah kondisi sekarang ini akan sulit karena kondisi global yang mengkhawatirkan. "Sehingga lebih baik mengurangi belanja daripada menambah utang," paparnya ketika dihubungi KONTAN, Selasa (21/4).

Sebagai informasi, per 31 Maret 2015 Ditjen Pajak hanya mengumpulkan penerimaan sebesar Rp 198,24 triliun. Angka ini lebih rendah 5,65% dibandingkan periode yang sama tahun 2014 senilai Rp 210,11 triliun. Penurunan penerimaan terjadi di semua sektor pajak.

Pajak Penghasilan (PPh), baik migas dan non migas, turun menjadi Rp113,76 triliun dibandingkan periode serupa di tahun lalu sebesar Rp 122,99 triliun. Sementara itu, penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Sangat Mewah (PPnBM) turun dari Rp 85,08 triliun jadi Rp 83,03 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×