kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   18.000   1,19%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Daya Beli Masyarakat Kelas Menengah Terus Melorot


Kamis, 08 Agustus 2024 / 09:25 WIB
Daya Beli Masyarakat Kelas Menengah Terus Melorot
ILUSTRASI. Konsumen berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar swalayan, Jakarta, Senin (10/6/2024). Pemerintah perlu menjaga daya beli masyarakat kelas menengah yang terus melorot.


Reporter: Dendi Siswanto, Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah perlu menjaga daya beli masyarakat kelas menengah yang terus melorot. Pasalnya, kategori masyarakat kelas ini memegang peran penting untuk menggerakkan perekonomian domestik. 

Berdasarkan Laporan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, populasi kelas menengah Indonesia pada 2023 mencapai 52 juta jiwa dan mewakili 18,8% dari total populasi. 

Pada tahun yang sama, calon kelas menengah dan kelas menengah berkontribusi 82,3% terhadap total konsumsi rumah tangga di Indonesia. 

Perinciannya, calon kelas menengah menyumbang 45,5% dan kelas menengah menyumbang 36,8%. Angka ini naik dibandingkan tahun 2014, yakni masing-masing menyumbang 41,8% dan 34,7% konsumsi.

Baca Juga: Kelas Menengah Merosot, Rasio Pajak Indonesia Terancam Makin Memburuk

Meski demikian, tren mereka mengalami perbedaan dalam lima tahun terakhir. Porsi konsumsi calon kelas menengah naik dari 42,4% pada 2018. Sebaliknya, porsi konsumsi kelas menengah turun dari 41,9% di periode sama.

Menurut LPEM, penurunan ini menunjukkan pengurangan konsumsi kelas menengah, yang mencerminkan potensi penurunan daya beli.

Selain konsumsi, kelas menengah memegang peran penting bagi penerimaan negara, dengan kontribusi 50,7% terhadap penerimaan pajak. Sementara calon kelas menengah menyumbang 34,5%.

Kepala Ekonom Citi Indonesia Helmi Arman menilai, untuk menjaga daya beli kalangan menengah, pemerintah perlu melakukan reformasi struktural agar mendongkrak pertumbuhan investasi hingga dua digit. 

Baca Juga: Bukan Insentif, Kelas Menengah Lebih Butuh Lapangan Pekerjaan di Sektor Formal

Hal ini bisa menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak, khususnya di sektor formal.

"Ini yang akan menciptakan lapangan kerja yang bisa mengimbangi pertumbuhan labor force kita, yang setahun ini bisa 2-3 juta orang yang bertambah," ujar Helmi, Rabu (8/7).

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga melihat, cara ampuh menjaga daya beli kelas menengah adalah menggenjot investasi di sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. 

Baca Juga: Badai PHK dan Kontraksi Manufaktur Bisa Perlambat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di sisi lain, pemberian insentif fiskal bukan menjadi solusi menjaga daya beli kelas menengah di tengah kondisi fiskal yang terbatas saat ini.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal juga menilai, pemerintah perlu memacu investasi di dalam negeri. 

Tak hanya nilai, melainkan juga kualitasnya. Dia bilang, investasi menjadi salah satu kunci penting mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×