kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.891.000   25.000   1,34%
  • USD/IDR 16.446   -114,00   -0,69%
  • IDX 7.088   47,69   0,68%
  • KOMPAS100 1.029   8,01   0,78%
  • LQ45 801   4,73   0,59%
  • ISSI 223   1,70   0,77%
  • IDX30 418   3,19   0,77%
  • IDXHIDIV20 498   7,24   1,47%
  • IDX80 116   0,91   0,79%
  • IDXV30 119   2,37   2,02%
  • IDXQ30 137   0,88   0,65%

Daya Beli Masih Lesu, Impor Barang Konsumsi Diperkirakan Lanjutkan Penurunan


Senin, 24 Maret 2025 / 15:55 WIB
Daya Beli Masih Lesu, Impor Barang Konsumsi Diperkirakan Lanjutkan Penurunan
ILUSTRASI. Kinerja impor barang konsumsi kedepan diperkirakan melanjutkan turun penurunan, sejalan dengan daya beli masyarakat yang masih melemah. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja impor barang konsumsi kedepan diperkirakan melanjutkan turun penurunan, sejalan dengan daya beli masyarakat yang masih melemah.

Ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Eko Listiyanto menilai, perkiraan tersebut sejalan dengan data impor barang konsumsi pada Februari 2025 yang tercatat hanya mencapai US4 1,47 miliar, atau turun dari bulan sebelumnya yang mencapai US$ 1,64 miliar.

“(Impor barang konsumsi) jelang lebaran aja tren turun, apalagi kalau sudah tidak ada dorongan konsumsi musiman,” tutur Eko kepada Kontan, Senin (24/3).

Baca Juga: Saham Emiten Barang Konsumsi Belum Lepas dari Tekanan Daya Beli

Eko juga melihat, kinerja industri di Tanah Air saat ini masih sulit untuk bangkit, mengingat tekanan ekonomi dan global masih tinggi, dan tren suku bunga cenderung akan naik.

Menurutnya, kinerja impor tahun ini hanya akan didorong oleh impor bahan baku, barang penolong, dan mesin. Karena tidak didorong impor konsumsi, maka peningkatan kinerja impor kedepan tidak akan drastis.

Lebih lanjut, ia pun melihat adanya potensi meningkatnya ongkos bahan baku impor sejalan dengan melemahnya nilai tukar rupiah.Meski tekanannya tidak terlalu besar, namun pelaku usaha dinilai akan menghadapi tantangan besar dalam menaikkan harga jual produk.

Baca Juga: Terpapar Deflasi, Kinerja Emiten Barang Konsumsi Masih Bervariasi

“Penyebabnya, daya beli masyarakat/konsumen masih lemah, kalo menaikkan harga jual produk maka bisa tidak laku, atau pelanggan akan pindah ke produk sejenis dari perusahaan lain,” tandasnya.

Perlu diketahui, nilai tukar rupiah masih berada dalam tren pelemahan. Senin (24/3), rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 16.568 per dolar Amerika Serikat (AS). Ini membuat rupiah melemah 0,39% dibanding penutupan Jumat (21/3) yang berada di Rp 16.502 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×