kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.769.000   10.000   0,57%
  • USD/IDR 16.584   16,00   0,10%
  • IDX 6.445   209,18   3,35%
  • KOMPAS100 919   35,89   4,06%
  • LQ45 727   30,09   4,32%
  • ISSI 200   4,86   2,49%
  • IDX30 382   16,14   4,40%
  • IDXHIDIV20 464   20,15   4,54%
  • IDX80 104   4,00   3,98%
  • IDXV30 110   3,31   3,11%
  • IDXQ30 126   5,12   4,25%

Daya Beli Masih Lesu, Impor Barang Konsumsi Diperkirakan Lanjutkan Penurunan


Senin, 24 Maret 2025 / 15:55 WIB
Daya Beli Masih Lesu, Impor Barang Konsumsi Diperkirakan Lanjutkan Penurunan
ILUSTRASI. Kinerja impor barang konsumsi kedepan diperkirakan melanjutkan turun penurunan, sejalan dengan daya beli masyarakat yang masih melemah. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja impor barang konsumsi kedepan diperkirakan melanjutkan turun penurunan, sejalan dengan daya beli masyarakat yang masih melemah.

Ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Eko Listiyanto menilai, perkiraan tersebut sejalan dengan data impor barang konsumsi pada Februari 2025 yang tercatat hanya mencapai US4 1,47 miliar, atau turun dari bulan sebelumnya yang mencapai US$ 1,64 miliar.

“(Impor barang konsumsi) jelang lebaran aja tren turun, apalagi kalau sudah tidak ada dorongan konsumsi musiman,” tutur Eko kepada Kontan, Senin (24/3).

Baca Juga: Saham Emiten Barang Konsumsi Belum Lepas dari Tekanan Daya Beli

Eko juga melihat, kinerja industri di Tanah Air saat ini masih sulit untuk bangkit, mengingat tekanan ekonomi dan global masih tinggi, dan tren suku bunga cenderung akan naik.

Menurutnya, kinerja impor tahun ini hanya akan didorong oleh impor bahan baku, barang penolong, dan mesin. Karena tidak didorong impor konsumsi, maka peningkatan kinerja impor kedepan tidak akan drastis.

Lebih lanjut, ia pun melihat adanya potensi meningkatnya ongkos bahan baku impor sejalan dengan melemahnya nilai tukar rupiah.Meski tekanannya tidak terlalu besar, namun pelaku usaha dinilai akan menghadapi tantangan besar dalam menaikkan harga jual produk.

Baca Juga: Terpapar Deflasi, Kinerja Emiten Barang Konsumsi Masih Bervariasi

“Penyebabnya, daya beli masyarakat/konsumen masih lemah, kalo menaikkan harga jual produk maka bisa tidak laku, atau pelanggan akan pindah ke produk sejenis dari perusahaan lain,” tandasnya.

Perlu diketahui, nilai tukar rupiah masih berada dalam tren pelemahan. Senin (24/3), rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 16.568 per dolar Amerika Serikat (AS). Ini membuat rupiah melemah 0,39% dibanding penutupan Jumat (21/3) yang berada di Rp 16.502 per dolar AS. 

Selanjutnya: Momen Ramadan, Pertamina Santuni Lebih Dari 32 Ribu Penerima Manfaat

Menarik Dibaca: Promo Alfamart Paling Murah Sejagat 24-31 Maret 2025, Tujuh Kurma Beli 2 Lebih Murah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×