Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Institute for Demographic and Affluence Studies (IDEAS) memproyeksikan potensi ekonomi kurban Indonesia pada tahun 2025 mengalami penurunan menjadi Rp 27,1 triliun.
Angka ini berasal dari sekitar 1,92 juta pekurban (shohibul qurban), lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 28,3 triliun dari 2,16 juta pekurban.
Penurunan jumlah pekurban sebanyak 233 ribu orang atau setara lebih dari Rp 1 triliun ini disebabkan oleh berbagai tekanan ekonomi yang berdampak pada daya beli, termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dan melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional.
“Dari 1,92 juta rumah tangga muslim berdaya beli tinggi yang berpotensi menjadi shohibul qurban, kebutuhan hewan kurban diperkirakan mencapai 1,1 juta ekor domba-kambing (doka) dan 503 ribu ekor sapi,” tulis IDEAS dalam laporannya, dikutip Selasa (10/6).
Dengan asumsi berat doka antara 20–80 kg dan sapi 250–750 kg per ekor, total daging dari kurban tahun ini diperkirakan mencapai 101,1 ribu ton.
Baca Juga: Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dorong Revisi Batas Garis Kemiskinan Indonesia
Wilayah dengan potensi kurban terbesar masih didominasi Pulau Jawa, terutama kawasan aglomerasi kelas menengah-atas seperti Jabodetabek, Bandung Raya, Surabaya Raya, dan Yogyakarta Raya.
Namun, IDEAS mencatat penurunan signifikan dalam jumlah hewan kurban dibandingkan tahun lalu. Terdapat pengurangan 84 ribu ekor sapi dan 108 ribu ekor doka. Penurunan ini sejalan dengan menyusutnya jumlah rumah tangga kelas menengah-atas dan kelas atas, yang biasanya menjadi kelompok utama pekurban.
"Di tengah lesunya ekonomi saat ini, secara umum proyeksi potensi kurban mengalami penurunan," katanya.
Indeks Tabungan Mandiri Institute menunjukkan penurunan tabungan di seluruh kelas pendapatan. Penurunan terbesar terjadi di kalangan masyarakat kelas bawah, yang rata-rata memiliki saldo di bawah Rp 1 juta, turun 6,3 poin dibanding Mei 2024.
Bahkan kelas atas dengan saldo lebih dari Rp10 juta pun mengalami penurunan indeks dari 96,7 menjadi 93,3 pada Mei 2025.
Penurunan proyeksi kurban tahun ini bahkan lebih rendah dari proyeksi kurban pada saat dan pasca terjadinya pandemi (2021 - 2023).
IDEAS menilai, kondisi seperti ini berpotensi memukul kesejahteraan para peternak atau RTUP (Rumah Tangga Usaha Peternakan) yang semestinya bisa menikmati “panen raya” ternak pada momentum Idul Adha.
Dikhawatirkan para peternak akhirnya akan mengambil opsi aksi jual murah untuk menghindari kerugian yang lebih besar akibat menanggung biaya operasional lanjutan ketika hewan ternaknya tidak laku terjual.
Tingginya angka PHK juga menjadi faktor utama. Sepanjang 2024, setidaknya 77.965 pekerja terkena PHK, dengan mayoritas terjadi di provinsi-provinsi berpenduduk besar seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Barat.
Dari Januari hingga 20 Mei 2025, sebanyak 26.455 orang kembali kehilangan pekerjaan, terutama di kota-kota besar yang selama ini merupakan pasar utama hewan kurban.
Di sisi lain, tekanan ekonomi global, termasuk perang dagang antara AS dan Tiongkok, memperburuk sentimen pelaku ekonomi domestik. Banyak masyarakat kelas menengah awal kini memilih menahan pengeluaran untuk konsumsi di luar kebutuhan pokok.
Situasi ini diperparah oleh lesunya aktivitas ekonomi selama masa mudik Lebaran, yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 hanya mencapai 4,87%.
Meskipun pemerintah tetap optimis terhadap daya tahan ekonomi nasional, IDEAS mencatat bahwa lebih dari 10% masyarakat yang mampu berkurban tahun lalu kini memilih untuk tidak melakukannya.
Baca Juga: Indonesia Siap Menjadi Kekuatan Ekonomi Digital Asia Tenggara
Selanjutnya: Panduan Tummy Time Bayi: Cara & Durasi yang Benar untuk Orang Tua
Menarik Dibaca: Praktis dan Cepat, Begini Cara Beli Tiket KAI Lewat Aplikasi myBCA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News