Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. China mendominasi investasi di sektor hilirisasi mineral. Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Todotua Pasaribu menegaskan peran strategis China dalam mendukung transisi Indonesia menuju industri hilir mineral.
Todotua bilang, investasi China telah menjadi pendorong utama hilirisasi, apalagi sejak pemerintah menerapkan larangan ekspor bahan mineral mentah.
“Investasi China telah membantu transisi menuju industri hilir di Indonesia. Kebijakan larangan ekspor bahan mineral mentah juga semakin mempercepat pertumbuhan di sektor ini,” ujar Todotua di acara OCBC One Connect, Rabu (27/8).
Baca Juga: BKPM Ungkap Tantangan Hilirisasi dan Investasi Energi Hijau
BKPM mencatat, sejak 2013, perusahaan-perusahaan China menjelma sebagai sumber investasi utama di sektor mineral Indonesia. Selama periode 2019–2023, dominasi investasi China di sektor hilirisasi mencapai 58%, jauh meningkat dibandingkan hanya 12% pada 2004–2008.
Secara akumulasi, China telah menanamkan modal sebesar US$ 48,285 miliar di sektor mineral Indonesia sepanjang 2004–2023. Angka ini menjadikan Indonesia sebagai destinasi investasi terbesar bagi perusahaan mineral China di kawasan Asia.
Bagi perusahaan mineral asal China, Indonesia dipandang strategis karena dua alasan. Yakni ketersediaan sumber daya alam yang melimpah dan potensi pasar domestik yang terus tumbuh. Selain itu, larangan ekspor bahan mentah mendorong perusahaan China untuk membangun smelter dan industri pengolahan di dalam negeri.
Todotua menyebut, kontribusi investasi terhadap ekonomi nasional cukup signifikan, yakni sekitar 30% terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk mempercepat pembangunan, pemerintah menargetkan investasi sebesar Rp 13.000 triliun hingga 2029, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi mencapai 8%.
Selain mineral, China juga berinvestasi di sektor transportasi, perumahan, telekomunikasi, serta industri kimia dan farmasi. Proyek besar yang digarap antara lain Kawasan Industri Morowali (pusat produksi nikel dan baterai kendaraan listrik), hingga Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
“China selalu menjadi mitra strategis bagi Indonesia. Investasi mereka bukan hanya memperkuat hilirisasi mineral, tetapi juga mendorong pengembangan manufaktur, infrastruktur, dan energi terbarukan,” kata Todotua.
Pemerintah, lanjutnya, berkomitmen memperbaiki ekosistem investasi melalui regulasi yang lebih baik, pelayanan yang efisien, serta kerja sama internasional yang lebih kuat. Hal ini diharapkan dapat menarik investasi baru sekaligus menjaga keberlanjutan investasi jangka panjang di Indonesia.
Baca Juga: Ekonom Pertanyakan Lonjakan Investasi di Laporan BPS, Data PMTB dan BKPM Tak Selaras
Selanjutnya: J&T Express Perkuat Posisi di Logistik lewat Strategi Digital dan Pemberdayaan UMKM
Menarik Dibaca: Film Legenda Kelam Malin Kundang Rilis Teaser Poster dan Teaser Trailer
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News