Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Senior Chatib Basri menganggap, tak ada ruang besar bagi Bank Indonesia (BI) untuk mengerek suku bunga acuan pada akhir tahun 2023.
Ini dengan asumsi, upaya BI untuk menekan inflasi pada tahun depan sudah berhasil. Sehingga inflasi Indonesia sudah kembali ke target sasaran, yaitu kisaran 2% hingga 4% secara tahunan.
“Tadi Gubernur BI Perry Warjiyo bilang, per September 2023 inflasi akan turun karena base effect. Jadi, ruang ada, tapi ngak signifikan,” tegas Chatib, Rabu (21/12) di Jakarta.
Baca Juga: Gubernur BI Sebut Neraca Pembayaran Berpotensi Surplus US$ 2,6 Miliar pada 2022
Selain itu, bila melihat pergerakan nilai tukar rupiah, Chatib menilai depresiasi nilai tukar rupiah tak akan sebesar negara-negara sebaya.
Chatib juga melihat bahwa suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) berpeluang melandai pada akhir tahun 2023.
Ini seiring dengan potensi inflasi negara Paman Sam yang akan turun pada akhir tahun 2023. Sehingga BI pun juga perlu untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas.
“Jadi The Fed akan menaikkan suku bunga lagi pada tahun 2023 dengan laju yang lebih landai. Baru pada akhir 2023 akan menurunkan suku bunga acuannya,” tambahnya.
Baca Juga: Chatib Basri Prediksi Kecil Kemungkinan Ekonomi Indonesia Masuk Resesi
Namun, Chatib menegaskan wewenang kebijakan suku bunga acuan ini ada di tangan Gubernur BI. Sehingga keputusan sepenuhnya ada di tangan otoritas moneter.
Ini juga dengan melihat perkembangan inflasi, nilai tukar, maupun hal lain yang membuat otoritas moneter mengambil langkah kebijakan suku bunga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News